Hari itu
tepatnya hari Rabu, seperti biasa aku bergegas menuju kampus dengan mengendarai
sepeda motor. Karena hari sudah siang, aku memacu sepeda motorku dengan kencang
karena jarak rumah ke kampus sekitar 28 km.
Nampak satu per satu pengendara berebut menjadi pemenang bagaikan pertandingan balap yang diadakan di arena. Terlihat saling angkuh antara pengendara satu dengan pengendara lainnya seperti tak ingin kalah begitu pula aku.
Nampak satu per satu pengendara berebut menjadi pemenang bagaikan pertandingan balap yang diadakan di arena. Terlihat saling angkuh antara pengendara satu dengan pengendara lainnya seperti tak ingin kalah begitu pula aku.
Tak lama
kemudian aku pun sampai di kampus yang tak begitu besar, suasana masih sunyi
hanya terlihat beberapa mahasiswa mulai memasuki ruang kelasnya. Waktu
menunjukan pukul 07.55 dimana perkuliahan akan segera dimulai. Aku duduk di
dalam ruang kelas sembari memainkan handphone kesayanganku menunggu perkuliahan
dimulai.
“Tet… tet… tet..”
suara bel yang terkesan seperti suara bel anak taman kanak-kanak terdengar
nyaring di telingaku pertanda perkuliahan akan segera dimulai.
Seperti biasa
sebelum perkuliahan dimulai, selalu ada sesi motivasi dari dosen. Hal itu
merupakan bagian dari aturan di kampusku dengan durasi maksimal 15 menit.
“selamat pagi semuanya” sapa Pak Widi dosen mata kuliah Enterpreneur memulai perkuliahan hari ini.
“selamat pagi semuanya” sapa Pak Widi dosen mata kuliah Enterpreneur memulai perkuliahan hari ini.
“selamat pagi”
sahut mahasiswa lain berbarengan. Mereka sangat bersemangat apabila mengikuti
mata kuliah Entrepreneur yang diajarkan beliau, karena selain orangnya asik
beliau juga selalu memberi masukan-masukan yang maknanya dalam.
“motivasi dari saya hari ini adalah tentang arti bersedekah. Semua tahu arti sedekah? ada yang rutin bersedekah di kelas ini?” Tanya beliau sebelum memulai motivasi.
“tahu, tapi nggak sering ngelakuinnya pak” jawab beberapa mahasiswa dengan jujur.
“motivasi dari saya hari ini adalah tentang arti bersedekah. Semua tahu arti sedekah? ada yang rutin bersedekah di kelas ini?” Tanya beliau sebelum memulai motivasi.
“tahu, tapi nggak sering ngelakuinnya pak” jawab beberapa mahasiswa dengan jujur.
Beliau berdiri
menulis sesuatu di whiteboard, hal ini membuat kami penasaran dan mencoba
membaca apa yang beliau tulis. “mari bersedekah” dua kata yang beliau tulis di
whiteboard mampu membuat kamu semakin tak mengerti dengan alur cerita motivasi
pagi itu.
“baiklah. Perlu
kalian ketahui untuk menjadi pengusaha yang sukses, kita harus mengikuti ajaran
dari agama kita dengan benar apalagi semua yang ada di kelas ini mengaku
beragama islam. Salah satu ajarannya adalah bersedekah. Pengusaha yang ingin
kesuksesannya langgeng maka salah satu kuncinya adalah bersedekah. Karena apa?
Allah swt telah memerintahkan kita melalui Al Quran salah satunya surat Al
Ma’un dimana kita harus berbagi rejeki dengan anak yatim dan fakir miskin.
Disini saya akan menceritakan pengalaman nyata betapa besarnya dampak dari kita
bersedekah. Dulu waktu saya masih berada pada posisi di bawah dengan keadaan
ekonomi yang cukup sulit, saya merelakan semua uang gaji bulan itu untuk
bersedekah seraya berdoa semoga allah memberikan kemudahan rejeki dengan
berlipat ganda. Satu dua minggu saya masih seperti biasa dan hidup tanpa uang
gaji satu bulan, tapi di minggu ketiga tanpa sengaja ada orang menawari saya
sebuah pekerjaan dengan nominal yang cukup tinggi waktu itu hampir berkisar 350
juta. Sejak saat itu saya rutin bersedekah dan alhamdulilah sampai saat ini
saya tak pernah merasa kesulitan masalah ekonomi dan uang selalu datang
menghampiri saya dengan jalan yang bervariasi. Jadi kesimpulannya dengan
bersedekah, rejeki kita akan bertambah dan dilapangkan jalannya dan saya
berharap mulai saat ini kalian bisa menyisihkan uang jajan atau uang hasil
jualan untuk bersedekah di jalan yang benar bukan untuk hura-hura membeli
kemaksiatan” paparnya kepada mahasiswa.
Salah satu
mahasiswa mengajukan pertanyaan sebelum sesi motivasi ditutup. “Pak, sebaiknya
bersedekah itu ke siapa? kalo ke pengamen jalanan termasuk sedekah bukan?”
“bersedekah pastinya yang utama ke orang yang membutuhkan. Kalo saya pribadi lebih memilih bukan ke pengamen karena mereka menjual suaranya untuk mendapatkan uang sedangkan kalo kita bersedekah ke seseorang bukannya kita tidak mendapatkan apa-apa dari mereka. Lebih baik saran saya kalo tidak ke pengemis ya… lebih baik ke panti asuhan atau ke pondok pesantren yang menggratiskan santrinya untuk menempuh pendidikan”
“lh… kenapa bisa begitu Pak? Jadi kalo kita ngasih ke pengamen bukan dihitung sedekah?” Tanya mahasiswa lain penuh rasa keingin tahuan.
“bersedekah pastinya yang utama ke orang yang membutuhkan. Kalo saya pribadi lebih memilih bukan ke pengamen karena mereka menjual suaranya untuk mendapatkan uang sedangkan kalo kita bersedekah ke seseorang bukannya kita tidak mendapatkan apa-apa dari mereka. Lebih baik saran saya kalo tidak ke pengemis ya… lebih baik ke panti asuhan atau ke pondok pesantren yang menggratiskan santrinya untuk menempuh pendidikan”
“lh… kenapa bisa begitu Pak? Jadi kalo kita ngasih ke pengamen bukan dihitung sedekah?” Tanya mahasiswa lain penuh rasa keingin tahuan.
“ya menurut
saya mereka menjual suara dan kita membeli suara mereka, jadi ada yang
diperjual belikan. Dan saya cenderung mengajak kalian bersedekah ke panti
asuhan dan pondok pesantren yang saya maksudkan tadi karena uang yang kita
berikan bisa bermanfaat untuknya. Pertama keduanya mendidik anak bangsa untuk
meraih cita-citanya yang kelak mereka bisa berguna dalam membangun bangsa ini”
Mendengar penuturan yang panjang lebar, semua mahasiswa terdiam sejenak meresapi nasehat dan penjelasan dosen kesayangannya hari itu.
Mendengar penuturan yang panjang lebar, semua mahasiswa terdiam sejenak meresapi nasehat dan penjelasan dosen kesayangannya hari itu.
Hari
berikutnya, aku dan beberapa temanku sebut saja Isna, Aulia dan Husnul mulai
mengikuti nasehat pak dosen meski yang kami sedekahkan hanya sebagian kecil
dari uang saku atau uang hasil berdagang.
Kami memulai kegiatan
ini dengan rutin tiap minggunya baik ke pengemis maupun orang yang membutuhkan.
Sungguh diluar dugaan, sejak kami rajin melakukan kegiatan bersedekah tersebut,
nikmatnya mulai terasa di antaranya kami tidak pernah lagi merasa kesulitan
dalam hal rejeki karena selalu saja ada jalan atau pemberian yang tak terduga
dari orang di sekitar, selain itu bisnis kecil yang aku dan Isna jalankan mulai
memberikan hasil dengan ramai serta selalu ada pembeli tanpa mengalami
kerugian-kerugian bisnis seperti sebelum-sebelumnya sebelum mengenal arti
sedekah yang sesungguhnya.
“petuah dosen kita benar adanya, hidup dengan cara agama yang benar dan dilakukan dengan hati yang ikhlas ternyata mampu mengubah hal-hal di luar logika seorang manusia terbukti dengan hal-hal indah yang tak terduga mengiringi perjalanan hidup kita” kataku membuka pembicaraan di tempat kami biasa nongkrong yakni di dekat ruko tak berpenghuni yang letaknya tak jauh dari kampus.
“setuju, dan itu semua terbukti pada diri kita saat ini. Bersedekah ternyata membuat hidup kita semakin nikmat dan lebih bahagia lahir maupun batin” Aulia ikut angkat bicara. Dia menatap ketiga wajah teman-temannya dengan penuh senyum kebahagiaan.
“petuah dosen kita benar adanya, hidup dengan cara agama yang benar dan dilakukan dengan hati yang ikhlas ternyata mampu mengubah hal-hal di luar logika seorang manusia terbukti dengan hal-hal indah yang tak terduga mengiringi perjalanan hidup kita” kataku membuka pembicaraan di tempat kami biasa nongkrong yakni di dekat ruko tak berpenghuni yang letaknya tak jauh dari kampus.
“setuju, dan itu semua terbukti pada diri kita saat ini. Bersedekah ternyata membuat hidup kita semakin nikmat dan lebih bahagia lahir maupun batin” Aulia ikut angkat bicara. Dia menatap ketiga wajah teman-temannya dengan penuh senyum kebahagiaan.
Isna bangkit
dari tempatnya menyendiri. “iya, benar ternyata rahasia di balik kesuksesan
beberapa pebisnis yang langgeng mereka selalu rutin menyedekahkan keuntungannya
bukan memakan semuanya”
“nah kalo begitu, kita harus berkomitmen untuk menyedekahkan sebagian harta yang kita miliki karena sebagian harta yang kita punya ada hak orang miskin betul?”
“betu… betul… betul…” serempak kami menjawab pertanyaan Husnul seraya tertawa lepas. Semenjak saat itu pun kami berkomitmen untuk menjalankan aktivitas ibadah sebagaimana perintah Allah SWT.
“nah kalo begitu, kita harus berkomitmen untuk menyedekahkan sebagian harta yang kita miliki karena sebagian harta yang kita punya ada hak orang miskin betul?”
“betu… betul… betul…” serempak kami menjawab pertanyaan Husnul seraya tertawa lepas. Semenjak saat itu pun kami berkomitmen untuk menjalankan aktivitas ibadah sebagaimana perintah Allah SWT.
THE
END
Cerpen Karangan: Enggar WidianingrumBlog: Kampusgeol.blogspot.com
Seorang penulis pemula yang memulai serius menulis sejak 2012 dengan novel perdana berjudul “jabat (janji sahabat)”
0 komentar:
Post a Comment