Wednesday, 29 October 2014

CERPEN ROMANTIS : Hujan Penghantar Kerinduan



Malam ditemani hujan deras memilukan hati, di situ Randy terkulai di pojokan kamar menatap kosong jendela basah yang dihantam hujan. Sesekali guntur menyapa, raut mukanya pucat,

Lesu, lunglai tak bergairah. Hanya 2 buah lilin kecil dengan cahaya kuning redup yang saat itu menemaninya. Randy tengah sakit akibat seminggu ini dikejar dengan tugas skripsinya yang harus segera ia selesaikan, ia kurang tidur, sehingga warna coklat pudar tapak jelas di bawah mata mungil Randy. Kini ia tak berdaya, hanya bisa berkata juga mengedipkan kelopak mata sebagai tanda ia masih ada.

Tak terasa hujan begitu indah mengirimkan pesan kerinduan tentang kekasihnya, Syifa.

Jemari jemari lemah Randy tak sadar menari nari di atas keypad handphone silvernya, jemari itu menulis nomer hp kekasihnya, dengan tubuh yang gemetar kedinginan ia menunggu suara muncul dari hp nya.

“Syifa.. Syifa..” ia melafalkan dengan lidah begitu lemah disertai getaran tubuh ringkihnya, tapi apa mau dikata tak ada suara yang biasa ia dengar menyahutinya.


Rindu yang dikirimkan hujan begitu pilu.. begitu menyayat hatinya

Kerinduan randy bertambah saat film film lama yang indah antara mereka berdua berputar bergantian dan beriringan. Ia seakan teringat waktu hujan di sore hari mengguyur dirinya dan kekasihya kala itu.

“Dingin juga ya ternyata ndi”
“Iya sih lumayan, tenang ya mudah mudahan ini hujan nggak lama lama ada di sini”

Randy pun segera memakaikan jaket tebal berwarna hijau tua miliknya ke pundak Syifa yang dilihatnya dari tadi menggigil kedinginan.

“Udah udah kamu aja yang pake, aku nggak papa kok ndi”
“Nggak apapa kok, biar kamu nggak kedinginan Syifa, aku udah biasa kayak gini.
“Beneran, kamu nggak apa apa?”
“Iya, kan aku nggak mau kamu sakit”

Syifa tak sedikit pun mengeluarkan kata kata dari mulut mungilnya, hanya menatap dengan tajam mata kekasihnya itu. Kedua pasang mata mereka saring bertatapan, matanya Syifa yang penuh keteduhan dan ketenangan membuat jantung Randy berdetak tak beraturan, mereka hanya terdiam menikmati itu semua. Begitu sunyi, dengan dihiasi alunan rintik rintik hujan dibarengi suara gemuruh dari awan hitam. Mungkin saat itu bukan lagi mulut yang berbicara namun sepasang mata dengan bahasa bahasa cinta yang tak bisa diterjemahkan dengan untaian kata kata.

“Maaf ya fa, gara gara aku kelupaan bawa jas hujan kita kamu jadi kaya gini deh”
“iya nggak papa, aku juga yang salah nggak ngingetin kamu buat ngecek jas hujan di jok sepeda kamu”
“Maaf ya fa, kamu jadi basah gini gara gara kehujanan, kalo kamu sakit gimana?”
“Udah nggak papa kok ndi, lagian biar hujan punya cerita tentang kita berdua” jawab syifa dengan tersenyum manis.
Randy juga tersenyum manis menanggapi sentuman kekasihnya tersebut.

“Aku beruntung mempunyai kekasih sepertimu Syifa, selain cantik, kau bisa menerima kekuranganku dengan apa adanya, dirimu sungguh pengertian, sabar, juga bijaksana. Ku berdoa pada tuhan semoga kita berdua dipersatukan dalam sebuah ikatan pernikahan. Amiin” Kata Randy dalam hati penuh harap.

Tak disangka tetes mata menghujam deras di pipi merahnya. Randy mengalihkan perhatian matanya ke jendela di ujung kamarnya, jendela yang basah karena terbelai tetes tetes air hujan yang kini mulai reda, suara gemuruh halilintar yang memekakan telinga lambat laun juga mulai hilang dari pendengaran.

Hujan rupanya telah sukses mengantarkan pesan kerinduan antara dia dan kekasihnya, yang membuat ia teringat akan manisnya belaian cinta kasih seorang wanita.

Randy sontak berkata

“Syifa.. Bagaimana bentuk syurga itu? indah bukan? do’a ku membelaimu selalu dalam tidur panjangmu.”
“Terimakasih tuhan kau telah ijinkan Syifa mengisi siluet indah dalam kanvas kehidupanku.”

SELESAI

Cerpen Karangan: M. Hazbulloh Santoso
Facebook: Hazbullah Santoso
www.habiofficialblog.blogspot.com
Twitter: @habiie7

0 komentar:

Post a Comment