Malam ditemani hujan deras
memilukan hati, di situ Randy terkulai di pojokan kamar menatap kosong jendela
basah yang dihantam hujan. Sesekali guntur menyapa, raut mukanya pucat,
Lesu, lunglai tak bergairah.
Hanya 2 buah lilin kecil dengan cahaya kuning redup yang saat itu menemaninya.
Randy tengah sakit akibat seminggu ini dikejar dengan tugas skripsinya yang
harus segera ia selesaikan, ia kurang tidur, sehingga warna coklat pudar tapak
jelas di bawah mata mungil Randy. Kini ia tak berdaya, hanya bisa berkata juga
mengedipkan kelopak mata sebagai tanda ia masih ada.
Tak terasa hujan begitu indah
mengirimkan pesan kerinduan tentang kekasihnya, Syifa.
Jemari jemari lemah Randy tak
sadar menari nari di atas keypad handphone silvernya, jemari itu menulis nomer
hp kekasihnya, dengan tubuh yang gemetar kedinginan ia menunggu suara muncul
dari hp nya.
“Syifa.. Syifa..” ia melafalkan dengan lidah begitu lemah
disertai getaran tubuh ringkihnya, tapi apa mau dikata tak ada suara yang biasa
ia dengar menyahutinya.
Rindu yang dikirimkan hujan
begitu pilu.. begitu menyayat hatinya
Kerinduan randy bertambah saat
film film lama yang indah antara mereka berdua berputar bergantian dan
beriringan. Ia seakan teringat waktu hujan di sore hari mengguyur dirinya dan
kekasihya kala itu.
“Dingin juga ya ternyata ndi”
“Iya sih lumayan, tenang ya mudah mudahan ini hujan nggak
lama lama ada di sini”
Randy pun segera memakaikan jaket tebal berwarna hijau
tua miliknya ke pundak Syifa yang dilihatnya dari tadi menggigil kedinginan.
“Udah udah kamu aja yang pake, aku nggak papa kok ndi”
“Nggak apapa kok, biar kamu nggak kedinginan Syifa, aku
udah biasa kayak gini.
“Beneran, kamu nggak apa apa?”
“Iya, kan aku nggak mau kamu sakit”
Syifa tak sedikit pun
mengeluarkan kata kata dari mulut mungilnya, hanya menatap dengan tajam mata
kekasihnya itu. Kedua pasang mata mereka saring bertatapan, matanya Syifa yang
penuh keteduhan dan ketenangan membuat jantung Randy berdetak tak beraturan,
mereka hanya terdiam menikmati itu semua. Begitu sunyi, dengan dihiasi alunan
rintik rintik hujan dibarengi suara gemuruh dari awan hitam. Mungkin saat itu
bukan lagi mulut yang berbicara namun sepasang mata dengan bahasa bahasa cinta
yang tak bisa diterjemahkan dengan untaian kata kata.
“Maaf ya fa, gara gara aku kelupaan bawa jas hujan kita
kamu jadi kaya gini deh”
“iya nggak papa, aku juga yang salah nggak ngingetin kamu
buat ngecek jas hujan di jok sepeda kamu”
“Maaf ya fa, kamu jadi basah gini gara gara kehujanan,
kalo kamu sakit gimana?”
“Udah nggak papa kok ndi, lagian biar hujan punya cerita
tentang kita berdua” jawab syifa dengan tersenyum manis.
Randy juga tersenyum manis menanggapi sentuman kekasihnya
tersebut.
“Aku beruntung mempunyai kekasih sepertimu Syifa, selain
cantik, kau bisa menerima kekuranganku dengan apa adanya, dirimu sungguh
pengertian, sabar, juga bijaksana. Ku berdoa pada tuhan semoga kita berdua
dipersatukan dalam sebuah ikatan pernikahan. Amiin” Kata Randy dalam hati penuh
harap.
Tak disangka tetes mata menghujam deras di pipi merahnya.
Randy mengalihkan perhatian matanya ke jendela di ujung kamarnya, jendela yang
basah karena terbelai tetes tetes air hujan yang kini mulai reda, suara gemuruh
halilintar yang memekakan telinga lambat laun juga mulai hilang dari
pendengaran.
Hujan rupanya telah sukses mengantarkan pesan kerinduan
antara dia dan kekasihnya, yang membuat ia teringat akan manisnya belaian cinta
kasih seorang wanita.
Randy sontak berkata
“Syifa.. Bagaimana bentuk syurga itu? indah bukan? do’a
ku membelaimu selalu dalam tidur panjangmu.”
“Terimakasih tuhan kau telah ijinkan Syifa mengisi siluet
indah dalam kanvas kehidupanku.”
SELESAI
Cerpen Karangan: M. Hazbulloh Santoso
Facebook: Hazbullah Santoso
www.habiofficialblog.blogspot.com
Twitter: @habiie7
0 komentar:
Post a Comment