Friday, 24 January 2014

Muslim India Diresahkan Rencana Penghapusan Keledai



NEW DELHI (Berita SuaraMedia) - Rencana untuk menyingkirkan semua keledai pekerja dari ibukota India dengan tujuan membersihkan jalanan sebelum Commonwealth Games tahun depan membuat ratusan keluarga mencemaskan kelangsungan hidupnya.
Di seluruh Delhi Lama terdapat sekitar 2.500 keledai dan bagal (peranakan kuda dan keledai) yang biasanya mengangkut batu bata ke lokasi-lokasi konstruksi atau memindahkan reruntuhan beton dari bangunan yang dirobohkan. Hewan-hewan itu digiring oleh para pemilik atau penggembala yang dipekerjakan hari itu untuk merawat hewan tersebut.
Di bulan Oktober, pejabat dari Korporasi Kota Delhi (MCD) dan petugas polisi setempat mengunjungi para pemilik keledai
pekerja dan memperingatkan mereka bahwa hewan-hewan itu harus segera disingkirkan dari kota. Langkah tersebut adalah bagian dari kampanye kota Delhi untuk memoles jalanannya yang kotor dan mempersembahkan diri sebagai sebuah kota kelas dunia dalam pertandingan yang akan digelar Oktober tahun depan dengan menyingkirkan para pengemis, gelandangan, sampah kota, dan lainnya yang dapat merusak citra ini - termasuk hewan-hewan pekerja kota.

Di beberapa bagian kota tua, "Hampir sebagian besar dari 1.500 penduduknya adalah keluarga Muslim yang mengandalkan hidupnya melalui keledai dan bagal," ujar Yusuf Mohammed, pemimpin persatuan kuda, keledai, dan bagal Delhi, memperkirakan. Kini mereka sedang menunggu apakah pemerintah kota benar-benar akan menyita hewan-hewan itu.
"Kami telah diberitahu bahwa hewan-hewan kami akan disita dan kami akan diusir dari kota jika tidak meninggalkan Delhi (bersama dengan keledai-keledai itu) dengan keinginan sendiri," ujar Sheruddin, sambil memberi makan dan minum dua keledainya setelah seharian bekerja membersihkan sebuah lokasi penghancuran bangunan di area Gerbang Turk, Delhi Lama.
"Selama beberapa generasi kami telah melakukan pekerjaan ini di kota ini, bersama dengan hewan-hewan ini," ujarnya.
"Kami tidak dapat memahami bagaimana kami dan hewan-hewan kami tiba-tiba kini dianggap mengganggu mereka."
Sheruddin, seorang pria berusia 45 tahun yang tinggal di lingkungan kumuh bersama istri dan ketiga anaknya, mengatakan bahwa ia tidak yakin apa yang akan ia lakukan jika rencana untuk menyingkirkan hewan-hewan itu dilanjutkan.
"Kami tidak punya tempat lain untuk dituju. Pemerintah tidak melakukan hal yang benar dengan bersikap kejam pada kami," ujarnya.
Di Gerbang Turk, para pemilik dari sekitar 250 keledai dan bagal pekerja cemas akan nasib mereka.
"Petugas MCD menyurvei area ini baru-baru ini dan kami telah diminta untuk memindahkan semua keledai dan bagal dan membersihkan kandang-kandangnya karena, kata mereka, hewan dan kandang-kandang itu tidak terlihat bagus di kota yang indah ini," ujar Saleem Mohammed, yang memelihara dua keledai di kandang Gerbang Turk dan merupakan putra dari Yusuf Mohammed, pemimpin persatuan.
"Kami lahir dan tumbuh besar di kota ini. Kami memapankan kehidupan keluarga kami di sini. Anak-anak kami belajar di sekolah setempat. Kami akan berada di tengah laut jika kami dipaksa untuk pergi dari tempat asal kami ini sekarang."
Yusuf Mohammed mengatakan bahwa hewan-hewan itu memiliki warisan abad pertengahan berusia 400 tahun yang bermula dari ketika kelompok nomaden datang dari Multan dan menetap di Delhi untuk membantu membangun kota di awal abad 17 di bawah kekaisaran Mughal, Shah Jahan.
"Seharusnya mereka tidak mengambil keputusan terburu-buru untuk membuang hewan-hewan itu tanpa merencanakan paket rehabilitasi yang layak bagi keluarga dan hewan-hewan kami," ujar Yusuf. "Proses rehabilitasi nyata dalam kasus ini akan memakan waktu bertahun-tahun karena kami tidak dapat meninggalkan profesi tradisional ini kecuali anak-anak kami mendapatkan pendidikan yang cukup dan menemukan pekerjaan di dunia lain ketika mereka dewasa."
"Namun sebelum mereka memutuskan untuk melarang keberadan hewan-hewan ini, harus diperdebatkan dulu apakah mereka benar-benar tidak cocok lagi di dalam Delhi hari ini dan masa depan."
Bagi Mohammad Nazar, yang memiliki dua keledai dan satu bagal, pengusiran itu tidak akan berhasil. Pria berusia 50 tahun itu meyakini bahwa seiring pertumbuhan kota tua jalan-jalan akan semakin sempit dan perusahaan konstruksi akan semakin membutuhkan kehadiran keledai dan bagal.
"Delapan puluh persen lokasi pembangunan di Delhi Lama tidak berada di dekat jalan besar," ujarnya.
"Di dalam gang-gang yang sangat sempit bahkan mobil minivan pun tidak dapat masuk untuk membawa batu bata ke lokasi atau mengeluarkan reruntuhan." (rin/tn) www.suaramedia.com


0 komentar:

Post a Comment