MONAPARTE DAN
BONALISA
Karya Ann Volta
“ayaaah!” jerit Bonalisa tiba – tiba, mengagetkan seluruh
isi rumah (termasuk: kursi,meja,lemari hias,kasur dan benda lainnya yang tengah
beristirahat).
Ayah berlari tergopoh – gopoh menuju sumber suara. Ketika
melihat sang anak ngesot – ngesot sambil mengeluarkan suara tangisan dan
matanya yang basah (karena diberi obat mata agar terkesan dramatis), beliau
membenarkan kacamatanya. Bermaksud apakah yang dilihatnya itu nyata atau maya.
“ayah, hu-wa-ha-ha-ha-ha..-hiiks.., akyu toh udah nggax
sangghup lagy, yah! Akyu udah cafek, kak Mona qezam, yah! Dia ngancurin remot
control mobil-mobilan aku, huhikshuhu.
Mendingan akyu loncat dari pahon, hhh,
togwe.” keluh Bonalisa lebay.
Ayah yang mendengar pengakuan konyol anaknya, hanya bisa
menggeleng – geleng kepala persis seperti disalah satu video klip Project Pop.
Seling 4sekon, kakak kandung
dari Bonalisa menghampiri adik dan ayahnya dengan kecepatan 0,2/s. Ia juga
melaporkan kasusnya pada Yang Mulia Hakim Ayah. “ayah, lihat! Barbie
kesayanganku gundul gara – gara Bona.”
“Bona,Mona..kalian masih aja seperti anak kecil. Masa
kamu (Mona), laki-laki kok main Barbie? Kamu juga (Bona), perempuan kok mainnya
mobil-mobilan?” omel ayah.
“kami emang masih kecil!” sanggah kedua anak tersebut
serempak, “kami dibawah 17tahun!”
Ayah menepuk-nepuk jidat, apaaa lagi motif mereka supaya
aku stress lagi ngeliat tingkah mereka,huh!. Beliau menggeram tak jelas sambil
meninggalkan Bona dan Mona.
Mona kembali ke kamarnya dengan muka masam, sedangkan
Bona masih ngesot-ngesot. Konon, waktu Bona berumur 3tahun, Bona bercita-cita
ingin jadi suster ngesot. Katanya, suster ngesot nggak hanya bantuin dokter
nyembuhin pasien, tapi juga bantuin tukang pel ngepel rumah sakit (ckckck).
***
“nghnghngh..” Monaparte masih terlelap dalam tidurnya.
Mo-na-par-te. Bocah ini berumur 13th. Kelakuannya bertolak belakang dengan
adiknya yang berumur 11th. Mungkin pembaca pada aneh ya, kenapa Monaparte suka
bermain Barbie dan Bona suka bermain mobil-mobilan? Gini ceritanya…
Once upon a time, jreng jreng jreng jreng… sang kakak
sedang membawa gulungan kabel elektronik untuk percobaannya. Bonalisa yang saat
itu membawa sebaskom air untuk memandikan barbienya, tersandung kabel yang
terbuka bagian karetnya. Tentu saja Bona kestrum, Mona juga ikut-ikutan kestrum
saat hendak ke kamar adiknya. Alhasil, 5% pribadi mereka tertukar. Maksudku,
Monaparte ngga jadi cucok gitu, hehe! Selera permainan mereka saja yang
ketukar. Jelas?
……
Eh, kau bertanya kenapa nama
depan mereka juga ketukar? Sini deh, aku jelasin.
Sebenarnya, nama mereka ngga ketukar. Dabun mereka
(baca:bunda), terobsesi dengan nama Napoleon Bonaparte dan Monalisa. Cuma, saat
akan menamai kedua anaknya, Dabun ketukar 1huruf depannya, M dan B. So, namanya
menjadi Monaparte dan Bonalisa.
Oke, kembali ke situasi awal.
Monaparte masih tidur dengan terbalut 2 selimut.
Nyenyaaak sekali, bagai pangeran tidur abad 21. Namun, lagi asyik-asyiknya
terlelap dalam mimpi, tercium aura jahil adiknya.
“hmmm..hendak apa kamu, Bona?” selidik kakaknya yang
matanya masih terpejam, berada diatas kasur .
Bonalisa yang ketahuan hendak
menjahili kakaknya itu lari gelagapan kekamarnya. Ugh, sial! Umpatnya dalam
hati. Hampir saja aku berhasil menumpahkan larutan sambal, coklat, dan jeruk
nipis ke kepalanya!
“hihihi.” Mona cengengesan setelah mengintip adiknya yang
sedang kesal. “dasar jahil! Untung saja aku mencium keusilamu, huuu! S’lamet
s’lamet!”
Tapi.., tak sesuai harapan awal deh. Walau Mona selamat
pada awalnya, sepertinya ngga untuk kali ini.
Saat dia balik badan, benang yang disiapkan Bona untuk
rencana B membuatnya tersandung dan menjatuhkan larutan sambal, coklat dan
jeruk nipis ke kepalanya. Aljabar, eh, maksudku alhasil seluruh wajah dan
badannya belepotan. (wahahaha).
Untuk rencana B yang kusiapkan tadi, sepertinya berhasil,
hihihi! batin Bona senang. Berhasil! Berhasil! Berhasil, HORE!
***
Teng.. teng.. teng..
Jam berdentang 3kali, menunjukan pukul 12 siang tepat.
Huuu, pasti panas banget ya! Lumayan buat pesta barbeque (yang jadi dagingnya
manusia yang berjemur dibawah sinar matahari), hehe. Sama seperti kedua bocah
ini. Yang tengah asyik bersantai dihalaman belakang rumah seraya
berkipas-kipas.
Glek glek glek glek… srluuup..ahh…
Monaparte menghabiskan segelas
es lemon buatan Dabunnya. Kayaknya haus banget, tuh! Sampe-sampe tak tersisa
setetespun.
“cih! Aku ngga disisain! Kakak yang kejam dan tidak
manusiawi, hewani juga syaitoni!” cibir Bonalisa manyun.
“Dabuuun! Aku mau es yang kayak kak Mona!” peritah seraya
berteriak bocah yang diikat 2 ini pada Dabunnya yang ada didapur. “yaaaaa!”
jawab Dabun.
Bonalisa kembali berkipas-kipas dan bersenandung kecil,
meureunkah urang bakal sasarengan walau terbentang walungan antar kota hooo
goodbye. Bae weh rek hakan kerupuk jeung nginum opat botol jamu hooo goodnight.
3jam kemudian…
Oahem! Bona menggeliat dari ketidurannya gara-gara
kelamaan nunggu si es teh dua gelas, ups, es lemon dari tadi. “kak, Dabun mana?
Esku mana?” tanyanya pada Mona yang tap dance dikeyboard laptopnya. Jawaban:
menggeleng tanda ngga tempe (tahunya habis dan belum sempet beli kepasar).
“yah, sudahlah. Aha! (ting! - bola lampu bersinar). Kakak
tunggu disini, ke-o?”
Bonalisa berjalan ke gudang,
mengambil kock dan raket. Lalu kembali kehalaman. “dudududu..”
“mau ngapain? Main badminton ya? Kok raketnya satu? Main
sama setan? Atau pohon itu? Kenapa kamu ngga pake topi? Kan panas lho..” tanya
Mona berkubik-kubik. Eh, kan salah! Bertubi-tubi!
“siapa-siapa yang mau main badminton, sok tempe!”
“terus itu raket buat apa?”
“liat aja sendiri.”
Kock ditaruh diatas rumput yang pendek, rumput ini biasa
juga disebut rumput jepang, konon rumput ini dibawa dari negeri sakura tersebut
(lho? Lho? Kok jadi sejarah?). Kemudian raket diayunkan dan memukul kock
layaknya gaya pemain golf. Tuk! Tuiii..ng! Benda terlempar dengan mulus.
Bona menyipitkan mata untuk melihat sampai mana benda
yang dilemparnya itu mendarat. Dia melihat dari atas kebawah, semakin kebawah,
semakin kebawah.. dan GOL! (hey, ini bukan ajang sepakbola).. dan oh, ternyata
kocknya masih berada ditempat semula saudara-saudara. Tapi kenapa? Fakta
menyebutkan bahwasanya yang terlempar itu adalah raketnya, wahahaha!
Monaparte yang melihat tingkah
laku adiknya, tertawa terbahak-bahak, sampai guling-guling, batuk-batuk,
muntah-muntah, diare, panas tinggi.. eh, ngaco!
“Bona.. Bona. Dasar abnormal!” ejek kakaknya.
“enak saja aku abnormal! Aku ini ngga waras, tempe,
puas?”
“wahahaha…”
Mona tertawa lagi. Tapi tawanya tak sepuas yang pertama.
Diapun kembali berkutat dengan laptop berwarna silver itu.
Beberapa milidetik kemudian,
Dabun membawa setangki (baca:segelas) es lemon dari dapur. “nih, es lemonnya.”
“lho Dabun, kenapa baru jadinya sekarang? Perasaan aku
mintanya 3jam, 27menit, 5sekon yang lalu.” heran Bona.
“Dabun tadi lupa, malah masak ikan paus asam pedas. Jadi
lama, maaf ya Bona. Dan… kamu ngapain Mona?”
“oh, Dabun. Aku lagi cari beasiswa ke jepang. Yah,
sebenarnya aku cari pertukaran pelajar yang seumuran denganku.” ungkapnya.
“kalau bisa yang jadwal pemberangkatannya bulan ini.”
“ada apa gerangan? Kok kamu berpikiran untuk ke jepang?
Kamukan baru 13tahun.”
“Bun, soalnya temanku ada yang ke jerman karena beasiswa
online. Katanya sih..”
Dabun menghela nafas,
“Mona-Mona, kamu ini aneh-aneh aja, tapi Dabun doakan kamu dapat beasiswanya.
Oke! Oh, oh, Dabun jadi lupakan! Aduh, semoga sup isopoda parasitisopodanya
ngga gosong..”
“ya ampun, Dabun.. makanan apalagi itu? Tiap hari nama
makanannya makin abnormal aja.” gerutu Bonalisa.
“yap! Kayak kamu tuh, abnormal, hahaha..” Mona mengejek
dan tertawa lepas lagi.
“huh, kakak jahat! Kakak emang ngga berperikemanusiaan
dan berperiketumbuhan! Kyaa!!” Bona menyerang kakaknya dengan gemas dan sedikit
kesal.
***
Ting tong! Suara bel berbunyi nyaring.
“aku pulang!” teriak Mona dari pintu. Namun tak ada yang
menjawab. Begitu hening.
“eh, pada kemana? Gada orangnya nih.” gumam Mona bingung.
Monaparte mencari keseluruh
ruangan, dari ruang kamar, ruang TV sampai bangun ruang. Tetap tak ada orang.
Akhirnya, kaki Mona menuntunnya ke dapur dan didapatlah Dabun yang sedang sibuk
dengan ritual masak (yang sepertinya sudah turun menurun naik menaik itu).
“Bun? Dabun?” panggilnya. Tapi Dabun masih sibuk
berkomat-kamit.
Ya Allah, Dabunku kenapa ya? Masak apalagi dia? batin
Mona.
Tak lama dari itu, Bona datang seraya membawa seekor ayam
yang ngos-ngosan gara-gara dikejarin sama Bona. Tubuh ayamnya penuh dengan
keringat, sedangkan tubuh Bona berlumur air selokan dan lumpur.
“nih Dabun, udah ayamnya.”
“oh ya. Kasih ayamnya ke ayah, nanti biar ayah yang
motong ayamnya. Eh, Mon, kapan pulang?” tanya Dabun yang sadar akan kehadiran
anaknya.
“o em ji! Bun, daritadi aku disini. Ckckck. Bun, mau
masak apalagi sih? Kok ayamnya diuber-uber gitu? Kenapa ngga langsung mesen aja
kewarung atau tukang sayur?”
“Dabun mau masak ayam bau keringet. Dabun dapat resep ini
dari keraton Aceh, katanya biar lebih gurih rasanya ayamnya harus diuber-uber
dulu biar keringetan.” tutur beliau.
Ckckckck.
Sementara Dabun dan Bona sibuk
memasak ayam bau keringet, Mona menceritakan kegembiraanya disekolah pada
ayahnya. Dia nyerocos panjang kali lebar kali tinggi sama dengan volume balok.
“Yah, aku dapat beasiswa ke jepang! Aku seneng banget!
Tadi disekolah ada beberapa orang dari jepang yang mencari anak didik untuk
sekolah dijepang selama 1tahun. Kriterianya si anak harus termasuk 3 besar
kelasnya dan disaat dites kembali nilainya harus diatas 95. Juga harus fasih
berbahasa jepang. Dan aku lulus kriterianya, Yah! Jadi 3hari lagi aku berangkat
kejepang, dan semua biaya ditanggung mereka.”
“wah, selamat Mona.. ayah doakan semoga semuanya lancar
ya! Memangnya siapa aja yang lulus tes itu?”
“ehmm, aku dengan nilai 97, Sekar nilainya juga 97, Dwi
nilainya 99 dan Gabus mendapat nilai sempurna.”
“oh, begitu ya..”
Setelah banyak mengobrol, makanan telah matang dan siap
disantap. Sangking semangatnya, Mona sampai memakan piring dan sendok yang ia
pakai (memang kelaparan-_-). Tak hanya itu, dia terus berceloteh heboh pada
Dabunnya dan adik kesayangannya (hoeek!). Mulutnya belepotan, mirip bayi yang
baru belajar makan, haha.
***
Bona memang ngga pernah habis
akalnya untuk mengerjai sang kakak. Bahkan waktu itu, dia berniat memasukan bom
dan petasan kedalam makanan kakaknya. Ya kalau sudah jadi hobi mau digimanain
lagi? Tapi itu adalah hobi yang tak masuk akal menurutku. Mungkin saja menjadi
salah satu top grade hobi terunik sedunia-wkwk.
Dan kali ini, dia bakal ngejailin Mona (lagi!yang ke
2897) dengan memasukan cicak kemakanan Mona, menaruh ular-ularan (awalnya mau
ular beneran sih, tapi si ular menolaknya gara gara kebanyakan job syuting Awas
Ada Ular!-wahaha) ditempat tidur Mona dan menyebarkan ratusan ribu difanteri
semut merah ke dinding kamar kakaknya itu (dan lagi lagi ada satu pasukan semut
yang minta cuti buat tugas tersebut karena harus jadi bintang video klip di
‘Kisah Kasih diSekolah’ – malu aku malu pada semut merah yang berbaris
didinding menatapku curiga seakan penuh tanya sedang apa disana, menunggu
pesanan basoku datang).
Dia segera bergerak ketika Mona tengah lengah, bak
seorang agen mata mata professional. Srek srek.. bush.. trak..semua jebakannya
terpasang dengan cepat dan perfecto.
Sesegera mungkin dia kembali kekamarnya agar tidak
ketahuan (tapi percuma, mau dia nyumput atau tidak Mona sudah hafal betul itu
pasti ulah adiknya). Namun sayang, jalannya terhenti setelah melihat sebuah
tiket di atas meja belajar kakaknya. Bona memperhatikan tiket tersebut secara
teliti. Hah? Tiket kejepang?! pekiknya dalam hati.
Duk! Duk! Duk!
Bona kaget mendengar kakaknya itu menaiki tangga ke arah
kamarnya. Dia panik. Dengan segenap tenaga yang tersisa, Bona rela relain
ngerayap dinding kayak spiderman. Ngga tahulah gimana caranya. Yang penting dia
bisa lolos dari sergapan Mona.
Krieek.. Mona membuka pintu kamarnya dan..
Tiga Dua Satu.
“BONALISA!!” jeritnya dalam kamar.
Mission is done!
***
“hey, kamu yang ambil tiketku, Bona?” tanya Mona curiga.
“ya. Kok cepet banget sih pergi nya?”
Bocah laki-laki berambut semi coklat itu menjitak kepala
Bona penuh kekesalan, “huh, dasar! Aku nyariin tu tiket dari dapur tikus
ratatouil, ke pulau tutup botol sampai sarang spesies
Echrotuiphokushivalejtgqzenamqwe yang entahlah kingdom apaan itu ternyata
tiketnya sama kamu!!”
Adiknya mengeluh ampun.
Meminta belas kasihan dari mavia cilik Mona yang masih saja menguyek-nguyek
kepala adiknya. Dia memberikan tiket dengan gemetaran pada kakaknya. Monaparte
menyambar tiketnya kasar serta mata yang menyala-nyala memberi tanda
awas-kamu-macam-macam-atau-kau-aku-cincang.
“ampun tuan ampun.” pinta Bona. “tapi, kak. Kenapa cepet
banget mau perginya? Masa’ lusa sih?”
“yaiyalah, sengaja tau biar aku terbebas dari
kesengsaraan yang tiap detik kamu buat. Jebakan inilah
itulah..bla..bla..bla..untuk itu aku ambil hari yang cepat dan tuhan
mengabulkannya. Kalau tidak segera, aku bisa mati penasaran dan menghantui
seluruh penghuni rumah ini gara-gara ulah hobi kamu yang abnormal itu.” bebernya
dengan nada masih kesal.
Wajah Bona murung entah kenapa, dia jadi bete tingkat
dewa setelah mendengar alasan kakaknya. Lalu berjalan lemas ke kamarnya. Mona
juga bingung mikirin alasan kenapa adiknya tiba-tiba berganti facemood. Mungkin
raja neptunus akan menghunuskan trisula dan mengutuk adiknya karena banyak
berdosa, haha. Lupakan!
***
Hari ini adalah hari
terajaiiib sedunia. Biasanya kamar juga semua tempat tujuan Mona sudah tersebar
perangkap jahil Bona. Mulai tingkat satu yang masih kecil efek sampingnya
sampai tingkat 793 yang resikonya subhanallah sesuatu banget. Sebab mengatakan
Bona kali ini ngga melakukan apa-apa (maksudku dia masih bernafas dan semua
organnya masih bekerja kok), dia ngga naruh semua alat jahilnya apalagi
bersenandung ria penuh kepuasan.
Karena heran, Mona memutuskan untuk bertanya pada adiknya
langsung. Tapi jawaban yang terlontar dari Bona adalah.. “selamat hari
kebalikan! Jadi aku bukan aku seperti biasanya, yang selalu mengerjai kakak
sekarang aku jadi anak yag baik hati tidak sombong dan rajin menabung. Yah,
sebenarnya aku terinspirasi dari spongebob. Juga aku kehabisan ide buat
ngerjain kakak, hehe.-_-v”
Astaganaga samber gledek!
“jujur aja deh, kamu ada maunya kan? Nggakan mungkin kamu
berhenti ngejailin aku apalagi habis ide, bukannya ide ide gila kamu tuh selalu
mengalir deras layaknya air terjun Niagara, hah?”
Bonalisa mendengus, “ya ampun
elo tu deh lo hello, sumpah hari ini emang gue tuh ngga lagi kepingin buat
ngerjain lo kakak tersayang (hoekk!)”
“oke! Aku harap kamu sadar dan tetap seperti hari ini,
de.” katanya seraya meninggalkan Bona.
“de?” Bona mengeryit, “baru kali ini kakak memanggilku
dengan sebutan ‘de’. Sungguh menarik!”
Mona menuruni tangga menuju dapur untuk menjenguk ibunya
yang sedang memasak makanan normal kali ini, sup dengan sambal terasi ditambah
beberapa irisan daging goreng. Hmm! Dia duduk dimeja makan, memejamkan mata
sesaat dan melakukan hal boring sedunia (mengetuk-ngetukkan jari ke meja).
1 jam kemudian..
Tuk tuk tuk..
“kau kenapa, Mona? Yang mau pergi ke jepang kok malah BT
gitu?” goda Dabun yang masih sibuk mengulek solsepatu eh salah sambal
maksudnya.
“Bun, ngerasa ada yang aneh ngga hari ini sama Bonalisa?”
“aneh gimana? Lho.. terasi mana ya.. oh ini..”
“ya dia ngga ngejailin aku terus bersikap manis didepan
aku. Aneh kan Bun, pasti ada yang dia rencanakan sebelumnya.. hh..” Mona
berfikir negative.
“haha..” Dabun tertawa, “ya ampun. Dia tak merencanakan
sesuatu kok, sungguh. Kau tempe? Maaf tahunya habis dipakai masak pepes tahu
tadi, jadi bukan ‘kau tahu’ malah ‘kau tempe’. Oke. Tadi malam, Bona tidak bisa
tidur. Lalu dia bercerita pada Dabun. Dia bilang: kenapa harus lusa kakak
perginya? Apa tidak bisa ditunda? Apa karena aku selalu menjadi hal yang aneh
dan selalu mengerjainya?. Ya dia berkata seperti itu sama Dabun. Dan 1 hal yang
dia katakan pada Dabun, dia bilang: Bun, Bona ngga mau kakak pergi. Apa kamu
tak menyadarinya, Mona?”
Mona tertegun. Dia menghela nafas panjang dan
menjeduk-jedukan kepala ke meja makan yang terbuat dari kayu jati.
“Mona.. jika kau paham, dia takkan melakukan semua aksi
jahilnya tanpa alasan. Pasti ada alasan dibalik semuanya.” ucap Dabun
mengelus-elus kepala anak sulungnya.
“…”
“dia terus menjailimu karena.. dia ingin bermain
denganmu. Karena setiap kali kalian selalu bertengkar, dia ingin hal itu tak
terjadi lagi. Tapi kamu tak pernah mengerti maksudnya. Dia ingin mengajakmu
bermain dan sepertinya kamu tak menghiraukannya, Mona. Kamu malah memarahinya.
Maka dari itu, dia terus menjailimu.”
“tapi Bun, bagaimana aku mau main dengannya kalo dia
terus ngejailin aku?”
Dabun tersenyum, “begitulah cara bermain yang dia
inginkan. Dan satu hal lagi, sejahilnya dia terhadapmu.. dia tetap menyayangimu
dan tetap menghargaimu sebagai seorang kakak.”
***
Mona berjalan keruang TV
dengan berpakaian rapih dan membawa 2 koper sedang. Hari ini Mona akan
berangkat ke Jepang. Take offnya sih, jam 2siang nanti. Tapi semangat 45 Mona
sudah membara, jam 9pagi ini dia telah bersiap-siap.
“kak? Jadi perginya?” tanya Bona ragu.
“ya jadilah. Sayang dong kalo dilewati.” jawabnya mantap,
“emangnya kenapa?”
“oh.. ngga papa.” Bona kembali memakan cemilannya.
“Bon, tolong beliin daun salam ke warung sebelah ya.
Dabun mau masak sayur asem pedas pahit manis asin.” perintah Dabun. “ya Dabun.”
anaknya menuruti.
Bona berangkat sempoyongan. Rasanya malaaas sekali untuk
berjalan, padahal warung itu berada disebelah rumahnya. Dia membeli beberapa
daun salam dan kembali berjalan kerumahnya.
Mona berniat untuk menyusul
adiknya kewarung. Entah disengaja atau tidak, sebuah motor melaju kencang yang
memiliki kecepatan 4000km/jam (motor atau jet tuh??) dengan mulus menabrak Bona
setelah mendorong kakaknya agar tidak ketabrak motor tersebut (awal ceritanya
sih, kakaknya yang mau ketabrak. Tapi diselamatkan oleh pahlawan bertopeng dari
komik shinchan, alias Bona. Jadi Bona yang ketabraknya..). Sialnya, motor itu
kabur begitu saja (ada yang aneh ngga pemirsa? Masa ada ya motor melaju kencang
terus kabur? Kemana pengemudi nya? Atau jangan-jangan punya nyawa lagi? hi…).
“Booonnaaa..” Mona berteriak. Introducing: gerakan
di-slowmotion.
Dia menghampiri dan memeluk erat Bona. Menangis
tersedu-sedu sampai air matanya menjadi danau yang sekarang sering dikenal
sebagai danau Mona diSumatra Utara. Dengan mimik yang dibuat sok dramatis, Mona
berkata sambil terisak “pliz, lo jangan tinggalin gue.. gue ngga bisa hidup
tanpa lo..hohoho”. Yang ditangisi membalasnya tak kalah dramatis, “gue tahu,
pliz juga relain guee.. gue ngga kuat lagi, hh ngiik.. go-od biye.”. Yang
menangis menjerit lagi, “jangan pergii! Tanpa lo gue.. ngga bisa bayar
hutang!”. Sangat menyedihkan pemirsa dan.. HELLO! Ini bukan cerpen atau
sinetron romance ya. Oke. Kembali ke cerita.
Mona menggotong dan membawa
adiknya yang berlumur darah dibantu beberapa tetangga kerumah sakit terdekat.
Dan saat dirumah sakit…
“maaf, bu. Bona mengalami pendarahan, tapi stok darah
dengan golongan yang sama dengan Bona sedang kosong. Jadi kami berharap ada
yang mau mendonorkan darah bergolongan O secepatnya. Apa golongan darah ibu O?”
tutur dokter.
Dabun terlihat cemas, “aduh, golongan darah saya A, dok.
Suami saya yang O, tapi beliau sedang ada diluar kota. Masa aja sih, darahnya
harus ditransfer lewat bank? Kan ribet.”
“darahku golongannya O!” pekik Mona dengan wajah penuh
harap.
“baiklah. Ayo kita masuk kedalam, suster tolong ambilkan
suntikannya.” perintah dokter.
***
“ughh..” Bona mulai tersadar dari pingsan selama 4jam
27menit 31detik. Dabun juga Mona tersenyum senang.
“hai Bon! Aku lega kamu sudah siuman.” ungkap Mona.
“memangnya aku kenapa?” tanya Bona polos.
“kamu tadi ditabrak motor. Lalu pingsan dan akhirnya
dibawa kesini, nak.” jawab Dabun lembut.
Bona ber-oh panjang. Dia melihat kakaknya tersenyum
ikhlas padanya, membuatnya heran. Bukan karena senyuman yang diberikan tapi
karena kenapa kakaknya masih berdiri ditempatnya. Seharusnya, Mona sudah berada
dibandara karena setengah jam lagi dia akan berangkat ke jepang.
“tidak, Bon. Aku akan tetap disini.” ucapnya, “Kalau ayah
ada disini pasti aku akan pergi, tapi karena ayah ngga ada, kamu sakit dan
cuman Dabun yang menjaga kamu aku tetap disini. Karena jika aku tetap pergi
Dabun pasti mencemaskan tiga orang sekaligus, yakan?”
“haha, peduli juga.”
“yalah. Maaf ya de, aku bukan kakak yang baik. Aku sering
memarahimu. Aku ngga pernah respon caramu mengajakku bermain. Maaf ya. Dan
bahkan alasan aku untuk pergi ke jepang sepertinya menyakitimu.” tiba-tiba
kalimat itu keluar dari mulut Mona.
Bona langsung memeluk Mona yang berada disampingnya erat,
“aku tahu. Aku sayang kakak.”
“aku juga.” kata Mona membalas pelukan adiknya. “aku
punya hadiah untukmu.”
“apa?!”
“ini dia!!” dengan entengnya Mona memberikan anak tikus
yang masih berwarna merah pada Bona. Dia tahu kalau adiknya itu takut tikus,
apalagi bayi tikus. Haha, kesempatan dalam kesediahan. Oh salah ya, ya sudah
lupakan.
***
Nah, dengan ini berakhirlah
sudah sepotong jurnal abnormal ini. Yang harus kau tahu, camkan pesan dalam
cerita ini dalam dirimu. Jangan hanya tertawa ketika membaca ceritanya (ya aku
tak melarangmu untuk tertawa sampai guling-guling atau muntah-muntah ngga
jelas). Oke. Akhir kata, sekian dari saya. Mohon maaf apabila ada kesalahan
kata atau apapun itu. Sampai jumpa disekelebat cerpen berikutnya. Merdeka
saudara-saudara!!
PROFIL PENULIS
Nama : Ann Volta
Email : zadanindita@yahoo.com
Add fb : zulvi adanindita
0 komentar:
Post a Comment