KODOK STRUK
Karya Hendra
Banyak hal yang enggak bisa
gue lupain gitu aja sewaktu gue masih di SMA. Salah satunya tentang guru
olahraga gue. Namanya Arul, postur tubuhnya tinggi langsing dengan rambut
tipis. Dia banyak cerita tentang pengalamannya, diantara semua pengalamannya,
jujur dari lubuk hati gue paling dalam, enggak ada satupun yang bisa gue
percaya. Gue enggak percaya dia pernah bermain di klub bola Bayern Munchen,
kalau dia memang pernah pasti dia udah jadi pelatih bola bukan jadi guru olahraga.
Dia mungkin mempunyai kepercayaan diri yang sangat sangat tinggi.
Pengalaman menarik pada saat
jam pelajarannya itu pas dia sedang menjelaskan gaya dalam berenang. Gue yakin
kalau kalian lihat bagaimana dia mempraktekkannya, pasti kalian akan sawan/kesambet.
Tapi yang bikin seru adalah kita enggak boleh ketawa pada saat dia
menjelaskannya. Sumpah ini seperti acara Tahan Tawa yang ada di Trans TV. Kalau
di Tahan Tawa ada bopak sebagai pengujinya disekolah kami ada Arul.
Kami sekelas sebenarnya tidak ada
yang tahan ingin ketawa pada saat dia mempraktekan renang gaya kodok. Gayanya
enggak seperti kodok yang normal tapi lebih mirip kodok struk. Mungkin lebih
bagus kodok struk kali daripada dia.
Pada saat itu salah satu temen
gue ketangkep kamera sedang tertawa karena gaya kodok struk itu. Dan keluarlah
jati diri Arul sebagai sosok kejam yang dtakuti oleh para murid sekolah itu
termasuk gue. Dia merasa direndahkan oleh pansek karena sudah berani
menertawakannya. Sebenarnya satu kelas pada ketawa semua sih cuma panseknya aja
lagi kena sial. Kasihan banget memang pansek dia mungkin belum mandi wajib
makanya kena sial seperti itu.
Satu kelas langsung sunyi,
enggak ada yang berani bicara, enggak ada yang berani bergerak, enggak ada yang
berani membuka mulut dan enggak ada yang berani bernapas. Kasian pada mati
semua dong.hehe Gue pengen banget nyarankan pansek untuk pura pura gila jadi
dia enggak kena marahnya Arul. Tapi gue masih mencoba mengumpulkan keberanian
gue. Setetes demi setetes gue kumpulin dan akhirnya gue urungkan niat baik gue
ini karena Arul makin marah dan menyuruh pansek untuk keluar dari kelas pada
saat itu juga.
Setelah kejadian yang
menegangkan itu berakhir, suasana kelas menjadi hening dan serius menerima
pelajarannya kecuali gue dan 3 teman gue. Kami berempat masih aja ngeledek dia.
Kami memang segerombolan siswa yang usil dan sering nyeletuk disaat guru
menjelaskan. Terutama si Alam, dia terlihat serius tetapi sebenarnya dia itu
orang gila yang turun kedunia dan ditugaskan untuk mengganggu kami semua.
Arul pun makin semangat
menjelaskan dan kami makin enggak ngerti dengan semua gaya yang dia praktekan.
Gue ngeliat keluar jendela berharap ada mobil ambulance dari rumah sakit jiwa.
“Semoga aja dia bukan pak Arul yang asli semoga dia orang gila yang sedang
menyamar menjadi pak Arul.” Itu doa gue pada saat itu.
Yang gue senang itu pada saat
dia kehabisan bahan untuk cerita. Hanya dengan itu dia mau membebaskan kami
dari kelas dan mata pelajaran yang berbahaya yang mungkin bisa membuat kami jadi
tertular oleh dia.
Gue sadar pada saat kuliah,
banyak ilmu dan nasehat yang gue dapat dari beliau. Gue beranggapan dia
melakukan itu semua agar kami bisa punya cita cita yang tinggi. Agar selalu
berusaha untuk bisa dapetin apa yang kita inginkan. Tapi Gue hanya bisa
membalasnya dengan ucapan Terima Kasih.
0 komentar:
Post a Comment