HANDPHONE,..YA
NASIB,..YA SUDAHLAH
Karya Saikhul Arif
Di tengah terik mentari
diselingi dengan hembusan angin sepoi-sepoi disekitar proyek itu, terpancar
suasana kekerabatan antar mereka. Mereka saling bekerja dan bercanda dengan
begitu akrabnya, karena memang mereka sudah lama juga berkumpul di tempat yang
sama. Ya, mereka adalah sekumpulan para pekerja di sebuah proyek bangunan yang
terletak tidak jauh dari pusat keramaian kota, namun masih dikelilingi areal
persawahan yang asri.
Yang agak mengherankan ketika
melihatnya, proyek pembangunan rubrik itu (rubrik; rumah pabrik-maaf istilah
yang muncul begitu saja di pikiran penulis-red) yang sedemikian luasnya, hanya
dikerjakan oleh tidak lebih dari sepuluh orang pada setiap harinya, mungkin ini
juga yang jadi alasan mereka menjadi akrab. Rubrik (sekali lagi rumah pabrik,
karena memang di rumah itu sekaligus dipergunakan sebagai pabrik pembuatan
roti-red) itu sangatlah mewah dan “mewah”. Mewah yang pertama adalah karena
memang dari segi desain tampak seperti itu, sedangkan mewah yang kedua adalah
mepet sawah karena begitulah lokasinya.
Seperti biasa saat menikmati
jam istirahat para pekerja di rubrik itu melepas lelah bersama-sama diiringi
dengan saling ngobrol dan bercanda tawa diantara mereka. Siang itu entah apa
sebabnya Joko, salah satu pekerja mendatangi temannya yang bernama David.
”Vid, boleh minta nomer handphone mu?”
”Ya boleh saja, tapi kok tumben, memangnya ada apa?”
”Ya sudahlah, nih catat nomorku, miscall sekalian kalau
kamu ada pulsa”
Sejurus kemudian selesailah
acara miscall-miscallan itu. Kemudian Joko beranjak masuk ke dapur dan tak lama
kemudian dia keluar kembali.
“Vid, kesini sebentar, ada yang perlu kubicarakan empat
mata sebab tidak enak nanti jika terdengar teman yang lain” Joko merayu David.
David, yang terkenal pendiam,
lugu namun lumayan cerdas karena mungkin terpengaruh oleh hobinya yang suka
membaca, akhirnya menuruti rayuan Joko dan mereka berdua segera mencari tempat
agak menepi.
“Emm.. ini, teman kita si Julaikah, Jupe...Jupe yang
bantu bikin roti itu lho, Dia minta tolong ingin dibelikan handphone” kata
Joko.
“Lha terus, kok aku yang jadi sasaran? Apa nggak salah
sasaran?” balas David.
“Ya enggaklah, aku kan tahu kamu mesti langganan majalah
bab per-handphone-an yang lumayan terkenal itu, Jadi kamu kan mesti mengerti
apa dan jenis handphone mana yang baik dan mana yang buruk” lanjut Joko.
“Ya sudahlah… tak usahakan. Tapi nggak janji lho ya,
tetap hubungan ya nanti tak sampaikan perkembangannya lewat sms” pungkas David.
Singkat cerita sore sepulang
kerja David segera mencoba memulai perburuan. Setelah berkeliling kesana kemari
tak dinyana peluang justru datang dari seorang teman masa sekolahnya, sebut
saja Acong.
“Ini ada barang bagus asalnya juga dari teman kita,si
Lia. Masih baru beli, nggak sampai seminggu dia minta tolong aku untuk
menjualkan karena rupanya dia nggak bisa cara pengoperasiannya. Harga bisa
diatur, tenang saja nanti kita bagi-bagi untungnya” kata Acong.
Setelah melihat-lihat kondisi barang yang dimaksud, David
memutuskan, “Okelah kalau begitu, besok sore aku kesini lagi”.
Tak lupa David mengabarkan via sms kepada Joko “Beres,
sasaran sudah didapat tinggal atur strategi”.
Keesokan harinya sepulang dari
pekerjaan David segera bersiap kembali ke target operasinya. Seperti biasa, dia
meminta bantuan ngojek kepada saudaranya, sebut saja Sitorus.
“Bisa kan ngantarkan aku ke desa sebelah, aku mau ngambil
handphone yang mau kujual ke teman kerjaku?” Tanya David.
“Dimana itu?” Sitorus balik bertanya.
“Dekat Puskesmas desa sebelah” jawab David.
“Ooo…di situ ya, sebentar kalau begitu sekalian aku juga
mau beli baterai handphoneku yang rusak kan juga satu jalur kalau kesana,
sampean tunggu sebentar sambil nge-game kayak biasanya dulu” sahut Sitorus.
Detik demi detik, menit demi
menit berlalu, tak terasa sudah hampir satu jam David berada di rumah Sitorus.
“Gimana, sudah ketemu handphonenya?” Tanya David ke
Sitorus, yang rupanya dari tadi sibuk mencari-cari handphonenya.
“Waduh belum ketemu, aku lupa naruhnya, lagian handphone
itu kondisi off, jadi nggak bisa dicoba misscall” jawab Sitorus.
“Ya sudahlah, aku naik angkot saja lah” kata David pada
akhirnya.
Karena sudah menjelang malam ditambah masa-masa menunggu
yang membosankan tadi, angkot sulit didapat. David akhirnya sampai di rumah
Acong sesaat menjelang isya’.
Sesaat sebelum sampai di rumah Acong, David bertemu Ita,
teman sekolahnya juga seangkatan dengan Acong dan Lia.
Sambil menenteng bungkusan tas
kresek warna hitam Ita lebih dulu menyapa David “apa kabar, sudah lama nggak
bertemu, mau kemana kok tumben kesini?”.
“Ya baik-baik saja kabarnya, ini lho aku mau ke rumah
Acong. Ada urusan sedikit sudah janjian dari kemarin. Lha kamu dari mana?”
balas David.
“Haha… kebetulan aku juga baru dari rumah Acong. Lagi
iseng-iseng saja tadi habis maghrib dari rumah tetangganya, jadi sekalian aja
mampir, kebetulan Acongnya juga lagi di rumah, mungkin nunggu kamu kok katanya
tadi dia bilang lagi nungguin teman” sahut Ita.
“Eh sudah malam nih, sudah ya kapan-kapan main ke rumahku
kalau dari sini tinggal ke seberang jalan sana. Kamu masuk gang yang ada pos
kamlingnya, satu-satunya rumah bercat kuning dikompleks situ, tak tunggu lho”
lanjut Ita.
“Baiklah…kapan-kapan tak sempatkan” kata David.sambil
bergegas melanjutkan langkahnya menuju rumah Acong.
“Lho, Vid katanya mau datang sebelum maghrib, lha kok
sekarang baru sampai?” sambut Acong ketika mereka bertemu di teras rumah.
“Hmm… maaf, tadi ada sedikit kesalahan teknis jadinya
terlambat, terus gimana handphonenya?” jawab David.
Acong dengan wajah yang kebingungan, menggaruk-garuk
kepalanya yang tidak gatal “Emm.. begini Vid, wah susah ngomongnya”.
“Lho kenapa Cong?, apa harganya mahal, nggak apa-apa kok
lha wong nanti juga kujual lagi dan calon pembelinya sudah jelas”.
“Bukan gitu, tapi.... waduh gimana ngomongnya ini” Sahut
Acong masih dalam mimik kebingungan.
“Begini, tadi habis maghrib, kok ya tumben teman
kita..Ita mampir kesini dan….” Belum selesai Acong berbicara, David menyela,
“Haha… ya, aku tahu kok barusan aku juga sempat ngobrol sama dia”
“Hah!!!... waduh, kok malah jadi begini ceritanya” seru
Acong kaget.
“Lho ada apa Cong? Ada yang salah denganku? Atau ada apa
dengan cinta, eh Ita?” lanjut David.
“Wah… ya sudahlah, daripada aku tambah pusing, tak
jelasin ya. Handphone yang kamu pesan kemarin itu…… barusan sudah dibeli oleh
Ita” Kata Acong tanpa menatap wajah David.
“Ooooo…..” hanya itu yang bisa diucap oleh David setelah
dia tercenung beberapa saat.
“Ya sudahlah, aku pulang dulu” akhirnya David berpamitan.
Sebelum pulang ke rumahnya, David mampir ke rumah
Sitorus.
“Gimana, sudah dapat?” Tanya Sitorus.
Tanpa ba-bi-bu lagi David segera menceritakan kejadian
yang barusan dialaminya.
Malam harinya David tidak bisa
tidur dengan nyenyak karena membayangkan bagaimana caranya agar bisa
menjelaskan permasalahan ini. Di lain tempat tak jauh dari rumah David, Sitorus
pun tak bisa tidur dengan nyenyak, menyadari kesalahannya yang tidak segera
bergegas mengantarkan David hanya gara-gara kecerobohannya meletakkan
handphone. Dan sedikit agak jauh dari rumah mereka, Joko menjelang tidurnya
membayangkan beberapa lembar puluhan ribu bakal didapatnya dari usahanya
bersama David. Sementara di lain tempat, si Julaikah yang sudah terlelap
bermimpi asyik berfacebook-an dengan menggunakan handphone barunya.
Apa yang terjadi keesokan
harinya antara David, Joko dan Julaikah yang berada di satu tempat kerja?. Tak
tahulah, karena seharian Sitorus menuliskan cerita singkatnya seperti yang anda
baca ini setelah ia merasa tersindir melihat update status terbaru dari David.
lepet dibongkos godong
kalah cepet malah dibongkos wong
***
PROFIL PENULIS
Nama : Saikhul Arif
TTL : Malang 07-06-1983
Tinggal di : Jl. Bromo VI/35 Sisir Kota Batu
Alamat FB :
http://www.facebook.com/saikhul.arif.5?ref=tn_tnmn
0 komentar:
Post a Comment