Friday 24 January 2014

Dukung Anti-Burka, Menteri Wanita Austria Terima Surat Muslim



WINA (Berita SuaraMedia) - Sebuah organisasi Islam telah mengirimkan surat berisi kecaman kepada Menteri Wanita Dari Partai Demokrat Sosial (SPO), Gabriele Heinisch-Hosek setelah ia menyerukan dilarangnya burka.
Koran Osterreich hari ini melaporkan bahwa organisasi Hizbut Tahrir yang berbasis di Libanon telah mengirim tiga halaman email setelah Natal yang di dalamnya berisi kecaman terhadap pernyataan sang menteri minggu lalu dan ancaman dengan menggunakan kalimat dari Al Quran: "Dan ketahuilah bahwa hukuman Allah itu sangat pedih."
Juru bicara organisasi tersebut di Wina, Shaker Assem, juga menyerukan pada kaum Muslim Austria untuk berhenti
mendukung SPO, partai Heinisch-Hosek.
Osterreich mengatakan telah menyerahkan dokumen itu ke Kantor Kejahatan Federal (BK), menambahkan bahwa hingga hari ini belum ada investigasi serius terhadap surat tersebut di Austria.
Hizbut Tahrir oleh para ahli disebut sebagai organisasi transnasional pertama yang didominasi oleh warga Palestina yang menyerukan dibentuknya negara Islam dunia.

Juru bicara Heinisch-Hosek mengatakan bahwa kementeriannya telah menjalin kontak dengan Kantor Perlindungan Konstitusi dan Perlawanan Terhadap Terorisme dan menanggapi serius persoalan itu.
Beberapa media Austria telah melaporkan bahwa Kantor Perlindungan Konstitusi dan Perlawanan Terhadap Terorisme tengah mengawasi organisasi tersebut.
Pada tanggal 14 Desember, Menteri Wanita Gabriele Heinisch-Hosek mengatakan di beberapa wawancara media bahwa ia mendukung penuh larangan terhadap burka atau pakaian yang menutup seluruh tubuh kaum wanita.
Ia menambahkan bahwa sebelumnya itu bukan masalah tapi jika kemudian berkembang, maka ia akan melarang dikenakannya burka di tempat-tempat umum untuk melihat apakah sebuah larangan dapat diterapkan.
"Saya melihat burka sebagai sebuah tanda perbudakan kaum wanita dan menghambat mereka menemukan pekerjaan di pasar tenaga kerja. Jika semakin banyak wanita yang mengenakan burka di Austria, maka saya akan menguji coba larangan terhadap burka dan menerapkan denda administratif bagi wanita yang mengenakannya di bangunan-bangunan umum," ujarnya.
Sedangkan untuk jilbab, sang menteri mengatakan bahwa itu terserah bagi kaum wanita untuk memutuskan akan memakainya atau tidak meskipun menurutnya itu juga merupakan simbol perbudakan oleh kaum pria.
Ia menambahkan bahwa Islam adalah sebuah bahaya bagi kaum wanita jika mengarah kepada kebijakan yang berorientasi fundamentalis politis seperti kewajiban mengenakan burka.
Islam adalah agama minoritas di Austria dengan jumlah 4.22% dari total populasi dalam sensus tahun 2001. Sebagian besar Muslim datang ke negara itu setelah tahun 1960an sebagai pekerja pendatang dari Turki, Bosnia dan Herzegovina, serta Serbia. Terdapat juga komunitas keturunan Arab dan Pakistan.
Wilayah paling barat, Bundesland Vorarlberg, dengan kota-kota dan desa industri kecilnya memiliki jumlah Muslim terbanyak di Austria sebesar 8.36%. Disusul dengan ibukota Wina sebesar 7.82%.
Austria termasuk unik di antara negara-negara Eropa Barat lainnya sejauh ini karena telah memberikan kaum Muslim status sebagai komunitas relijius yang diakui. Ini bermula pada masa setelah aneksasi Austria-Hungaria terhadap Bosnia dan Herzegovina di tahun 1878. Austria mengatur kebebasan beragama komunitas Muslim yang disebut dengan Anerkennungsgesetz (undang-undang pengakuan). Hukum ini diaktifkan kembali tahun 1979 ketika Komunitas Muslim Austria (Islamische Glaubensgemeinschaft in Österreich) didirikan. Organisasi ini bertugas memberikan pelajaran agama di sekolah-sekolah swasta. Mereka juga dibolehkan mengumpulkan uang iuran namun sejauh ini hak istimewa ini belum mereka terapkan, tidak juga untuk membangun, membiayai, atau mengelola Masjid di Austria.
Struktur paralel hadir dalam kelompok-kelompok relijius Islam. Kehidupan relijius berlangsung di dalam Masjid milik organisasi tersebut. Di antara sejumlah organisasi Turki terdapat Federasi Asosiasi Turki-Islam yang dikontrol oleh Direktorat untuk Urusan Agama, di mana kelompok-kelompok lain, seperti Suleyman cis dan Milli Gorus, mungkin dianggap sebagai cabang dari organisasi pan-Eropa yang menetap di tengah Jerman. (rin/at/wp) www.suaramedia.com

0 komentar:

Post a Comment