MR PINK IN BLACK
Karya Hendra
Waktu kecil gue tuh oranganya
penakut. Gue gak berani hadapin orang, gue gak berani sama segala macam jenis
binatang kecuali semut hitam, gue gak berani sama hantu, gue gak berani sama
laut, gue gak berani stopin angkot, gue gak berani makan, gak berani tidur, gak
berani hidup. Lebay banget yah??
Angkot itu kendaraan umum
favorite gue & temen temen gue. Mau ke mall naik angkot, kepasar naik
angkot, sekolah naik angkot, ke wc pun naik angkot, bahkan mimpi pun naik
angkot. Gue pernah punya pengalaman buruk waktu saat pertama kali gue naik
angkot. Waktu itu sepulang dari nonton pawai tujuh belas agustus yang biasa
diadakan di kota Samarinda ini. Sekedar info pawai itu seperti parade dan rutin
dilakukan dihari kemerdakaan di kota ini. Sepulang dari itu gue diajak temen
gue Ayub untuk pulang naik angkot. “ayo hen ikut angkotnya bapak ku aja.” Gak
mungkin banget gue nolak kan soalnya lumayan banget bisa cepet sampe rumah dan
gratis lagi. Tapi gue enggak mau keliatan seperti orang yang cari gratisin
doing jadi gue bilang “hmmm anu, aku kayanya lebih enak jalan aja deh.” Gue
berharap dia nahan gue. Dan yupp rencana gue berhasil setelah mendengar dia
bilang “jangan hen rumah kamu jauh dari sini, kebetulan bapak ku lewat rumah
kamu.” Gue ketawa girang dalam hati. Dan gue pun menerima tawarannya dan naik
angkot dengan penuh wibawa.
Perjalanan pun dimulai dan gue
merasa canggung, apalagi pada saat temen gue turun dari angkot karena sudah
mencapai tujuannya. Ditengah perjalanan gue hanya bisa diam karena ini first
time I meet him bapaknya si Ayub. Tanpa terasa gue pun sudah dekat pada tempat
tujuan gue. Banyak opsi dikepala gue, apakah gue harus bilang stop dan turun
dari angkot atau gue harus diam dan ikut kemanapun angkot itu pergi. Dan yuupp
karena gue dulu itu penakut jadi gue pilih diem aja dan melewati tempat tujuan
awal gue.
“Lewat sudah rumah gue, gue
harus gimana ni” dalam hati gue jadi bingung gundah gulana suasana hati jadi
tak menentu jadinya. Tiba tiba om om ini pun membuka mulutnya dan mengatakan
“Rumah kamu dimana”? Dalam hati gue,” Mampusss, bilang apa gue ini, Sumpah
enggak keren banget kalo gue bilang kelewatan tapi kalo gue bilang masih jauh
bisa jadi tambah jauh perjalanan pulang gue nantinya” Jadi dengan senyum polos
gue bilang “Sudah kelewatan om.” Bapaknya bayu pun langsung melanjutkan
pembicaraan dengan logat seperti orang ingin marah “Kenapa kamu enggak bilang,
untung sama saya kamu naiknya coba kalau sopirnya bukan saya, bisa bisa kamu
diculik.” Gue pikir apa enggak nyadar ya orang ini. Gue sudah merasa dia culik.
Sumpah mukanya kejam seperti penculik yang haus darah habis ngebunuh puluhan
orang yang menjadi penumpangnya. Dan akhirnya dia ngebawa gue sampe tempat
peristirahatannya, dia keluar dari mobil dan ninggalin gue dimobil sendirian.
Mampuss gue dia pasti ngerencanain sesuatu dengan teman temannya untuk meminta
tebusan sama orang tua gue. Apa gue harus kabur dan minta tolong dengan warga
sekitar? Tapi sayang gue enggak punya keberanian untuk ngelakuin hal itu.
Tiba tiba gue dikagetkan
dengan suara “kamu bawa uang enggak”? kata bapaknya Ayub. Nah kalo gue bilang
enggak, gue bisa dibunuh lalu dibuang kesemak semak ni pikir gue. Lalu gue
bilang bawa dan langsung mengeluarkan selembar seribu rupiah dari kantong gue.
Dia pun mengambilnya lalu pergi lagi. Ya Allah tolong saya ya Allah doa gue
dari lubuk hati paling dalam dan orang itu pun muncul lagi dengan wajah
sadisnya dengan membawa pisang goreng lalu dia mengatakan “Ini makan dulu” Gue
pun langsung mengambil dan memakannya karena gue sudah kelaperan seperti gembel
yang sudah 3 hari enggak makan pisang goreng.
Perjalanan pun dimulai lagi
dan kali ini gue menamakannya “journey to the home season 2” di perjalanan
kembali gue hanya bisa diam dan dia mengingatkan gue untuk bilang stop dan
tepat didepan gang tempat gue tinggal, gue pun memberanikan diri untuk bilang
“Stopppp” angkot pun berhenti dan dia bilang “nah gitu dong bilang stop jadi
enggak kelewatan lagi” gue pun tersenyum manis didepannya namun gue berpikir ya
iyalah gue bilang stop soal gue enggak mau mati muda karena dia. Gue pun
akhirnya dapat menyelesaikan misi untuk kabur dari angkot dengan sopir berwajah
kriminal. Setelah kejadian itu gue jadi lebih sering naik angkot karena gue
sudah berani bilang stop. Sungguh kemajuan yang sangat pesat.
Pelajaran yang bisa gue petik
dari perjalanan panjang kali ini, gue gak boleh terlalu penakut karena itu bisa
sangat merugikan diri gue sendiri. Dan ada hal yang paling penting, yaitu
jangan menilai orang hanya dari covernya saja. Don’t look the book from the
cover. Gue bisa bilang gitu karena gue anggap bapaknya Ayub jahat karena
tampang kejamnya namun ternyata diaadalah seorang yang mempunyai hati yang baik
mungkin jika berwarna hatinya itu berwarna pink kali ya. Dan gue bisa
memanggilnya Mr. Pink In Black.
0 komentar:
Post a Comment