Friday 24 January 2014

Kesepakatan Nuklir Baru Tandai Kemenangan Rusia Atas AS?



MOSKOW (Berita SuaraMedia) - Sebuah surat kabar Rusia mengklaim bahwa kesepakatan baru yang mengatur mengenai pengurangan senjata nuklir akan menempatkan Moskow dalam posisi yang lebih kuat dibandingkan dengan perjanjian tahun 1991 yang disepakati dengan Washington. Perjanjian tersebut sudah habis masa berlakunya pada tanggal 5 Desember lalu.
Baik AS maupun Rusia sama-sama mengatakan bahwa kesepakatan baru diharapkan akan dapat dicapai pada penghujung tahun 2011.
Seakan menandakan kemenangan diplomatik Rusia, ketika rincian kesepakatan nuklir baru AS - Rusia dibocorkan kepada pers, para pakar di Moskow mendapatkan lebih banyak
alasan untuk bergembira.
"Kami berharap perjanjian tersebut akan segera ditandatangani pada akhir minggu ini, atau setidaknya pada akhir tahun ini," kata kepala Komite Urusan Luar Negeri Duma. "Setidaknya hal ini memperjelas ambisi dari kedua presiden, dan saya tahu benar bahwa kedua tim negosiator telah mendapatkan perintah untuk menyelesaikan pekerjaan mereka dalam tempo yang sesingkat-singkatnya."

Sebuah surat kabar Rusia memberitakan bahwa proses perundingan sudah hampir mencapai tahap akhir, dimana Rusia memenangkan sejumlah ketentuan.
Dalam kesepakatan sebelumnya (tahun 1991), Rusia diharuskan untuk membagi data uji coba peluncuran dengan AS.
"Dalam hal kepentingan Rusia, kesepakatan tahun 1991 betul-betul tidak berimbang," kata Vladimir Evseev, seorang pakar dari Institut Ekonomi Dunia dan Hubungan Internasional.
"Namun, kini AS tampaknya melangkah mundur dalam sejumlah isu, termasuk transfer data telemetrik dan pengawasan 24 jam," tambahnya.
Kesepakatan baru tersebut kabarnya akan memangkas jumlah kendaraan pengangkut menjadi 700 unit di setiap kubu. Juga tidak akan ada batasan terhadap peluru kendali Topol dan sejumlah peluncur Rusia lainnya.
Saat ini, AS tidak memiliki sistem yang serupa, oleh karena itu AS pada awalnya berupaya untuk membatasi wilayah cakupan patroli Rusia. Tampaknya tidak memberikan hasil bagi AS.
"Kami mendapatkan lebih dari yang kami harapkan. Amerika bisa saja berkata tidak, tapi kami telah mencapai sejumlah kompromi yang masuk akal. Dan itulah yang kami dapatkan dengan peluru kendali Topol," kata presiden Institut Perkiraan Strategis, Aleksandr Konovalov.
Masing-masing kubu dilaporkan telah menyetujui pengurangan jumlah hulu ledak nuklir menjadi 1.600. Akan tetapi, masih belum ada perkembangan berarti dalam hal hulu ledak nuklir yang ditimbun. Rusia menginginkan hal tersebut dapat terselesaikan dalam kesepakatan yang baru.
Menurut kesepakatan START 1, hulu ledak nuklir dapat dipergunakan atau ditimbun," kata mantan kepala unit peluru kendali strategis Rusia, Kolonel Jenderal Viktor Esin. "Dan itulah yang dilakukan oleh Amerika. Mereka menonaktifkan hulu ledak nuklir kemudian menimbunnya, jika sewaktu-waktu mereka menarik diri dari kesepakatan, maka (hulu ledak nuklir tersebut) dapat di pergunakan kembali dengan mudah."
Penandatanganan kesepakatan tersebut, yang diperkirakan akan dilakukan menjelang pergantian tahun, para analis di Moskow mengatakan bahwa kesepakatan START yang baru terlihat sebagai sebuah permulaan yang baru.
"Kami sudah siap untuk mengurangi beberapa kali jumlah kendaraan pengiriman nuklir dibandingkan dengan perjanjian START-1," kata Presiden Rusia, Dmitry Medvedev dalam konferensi pers di Amsterdam Juni lalu.
"Untuk kepala roket, jumlah mereka harus lebih rendah daripada yang tertulis oleh Perjanjian Moskow 2002," tambahnya.
Dia merujuk kepada suatu perjanjian interim yang disebut Strategic Offensive Reductions Treaty (SORT) dengan pihak yang berkomitmen untuk memotong simpanan senjata mereka hingga 1700 dan 2200 kepala roket hingga 2012.
Sebuah sumber Kremlin mengatakan pidato Medvedev berisi petunjuk bagi negotiator senjata Rusia. Tetapi ketua Kremlin membuat pernyataan jelas bahwa kemajuan di START telah dihubungkan ke masa depan  proyek perisai peluru AS.
Rusia menyesalkan AS yang berencana untuk menggunakan elemen dari perisai misil mereka di Eropa Timur. Ia melihat langkah tersebut sebagai ancaman bagi keamanan nasional Rusia dan mengatakan itu tidak akan mencapai tujuan yang dinyatakan sebagai sebuah penangkal serangan roket dari Iran.
Dalam sebuah pernyataan terpisah yang terdapat di situs web Kremlin dan didistribusikan oleh pejabat Kremlin kepada wartawan, Medvedev mengatakan: "Kami tidak setuju dengan rencana dari sistem pertahanan peluru global AS."
"Saya ingin menekankan bahwa potongan yang kami usulkan hanya mungkin terjadi jika AS meninmbulkan keprihatinan dari Rusia (mengenai pertahanan peluru)," tambahnya.
"Dalam kasus manapun, hubungan antara senjata strategis ofensif dan defensif harus tercermin dalam perjanjian baru," pernyataan Medvedev.
Pemimpin Rusia melihat tanda-tanda dari pemerintahan Obama yang mengambil pendekatan yang lebih berhati-hati terhadap proyek pertahanan peluru dan merasa dapat berkompromi, namun justru Rusia merasa digantung karena masih menanti jawaban dari pihak AS mengenai perancangan perjanjian baru tersebut. (dn/rt) www.suaramedia.com

0 komentar:

Post a Comment