SENANDUNG MASA
PILER (SMP)
Karya Indra
Saputro
Teringat masa kecilku, kau
peluk dan kau manja..Upss. Ini lagunya Ada band kan? Kalau masih ada bandnya
namanya Adaband, Tapi kalau udah gak ada bandnya namanya jadi Gak Ada Band atau
Udah Gak Ada Band. Band yang di punggawai Doni ini telah menelurkan 9 album.
Lo..Lo ngapain kita ngomongin Ada Band. Lanjut ke benang merah. Maksud dari
lirik lagu di atas adalah mengingatkan kita pada
masa-masa kecil dulu. Masa
kecil yang dihabiskan untuk bermain tanpa dilarang dan dimarahin. Main di
empang yang airnya tercampur dengan bermacam-macam kotoran makhluk mamalia.
Jujur umur gue sekarang 22 tahun, padahal muka gue mirip orang yang berumur
30-an. Gile tua banget ya muka gue. Di saat-saat ini gue sering berkhayal jadi
kepengen balik lagi di masa-masa SD lalu, yang kalau nangis gak usah pake
malu-malu di kamar mandi. Lalu, berbuat usil membuka rok-nya kakak kelas yang
cewek-cewek. Ngintip cewek-cewek tetangga yang sedang mandi di kali yang
menyebabkan mata gue belekan hingga satu minggu.
Gue merasakan jatuh cinta
pertama kali waktu kelas dua SD. Dulu hidung gue masih ingusan. Kadang-kadang
kalau nggak sempat ngusapin pake tissue, gue lap kan ke baju gue. Dan sekarang
hidung gue udah normal walaupun masih ada satu masalah lagi, yaitu bulu hidung
gue keluar ke mana-mana. Seperti kebanyakkan anak kecil laki-laki lainnya.
Kalau ngelihat cewek yang disukai pasti salting, atau senyum-senyum sendiri
kayak orang P.A. (pendek akal), termasuk gue.
Sewaktu Kelas satu SMP, gue
suka sama cewek yang bernama Dewi, anak kelas satu E, sebelahan dengan gue,
kelas satu Dhe. Gue tahu betul secara detail informasi tentang Dewi, walaupun
gue tidak terlalu akrab dengan Dewi. Nama panjang Dewi adalah Dewi Putri Ayu.
Makanan favoritnya steak ayam, pantesan badannya tinggi dan langsing kayak
rumah Gadang (gak nyambung bangetz). Bapaknya Guru. Dia suka sama aktor yang
bernama Tom Cruise. Sosok wajahnya cantik, manis, dan imut-imut seperti candy.
Muka Dewi cantik alami karena belum pernah disiksa dengan kuas bedak, penjepit
bulu mata, spons wajah, sikat alis dan bulu mata, dan kuas blush-on, sehingga
make happiness bagi mata yang memandangnya, termasuk gue. Sekonyong-konyong gue
jadi jatuh cinta.
Kelas satu SMP merupakan
masa-masa yang paling gue inget seumur hidup gue, karena waktu itu gue disunat
untuk pertama dan yang terakhir kalinya... idich sakit banget..(lebay karena
inget disunat). Gue sadar, setelah gue disunat ada perubahan dalam titit gue.
Dulu waktu gue belum disunat titit gue bebas bergerak tanpa tersakiti.
Sekarang, ruang gerak titit gue terbatas, apalagi sekarang udah jadi hewan yang
dilindungi dan dikandangkan dalam sangkar titit yang bernama SEMPAK.
“Lo suka ama Dewi ya, In? Bilang Reza di depan gue.
“Eee...iya gue sebenarnya suka” jawab gue dengan sedikit
nervous. “Tapi gue takut bilang ke Dewi. Kalau gue suka sama dia.” tambah gue
lagi.
Reza adalah teman sekelas gue.
Lebih tepatnya soulmate gue. Ketika Reza sedang membutuhkan bantuan gue selalu
ada untuknya. Sebaliknya kalau gue butuh bantuannya, kadang-kadang Reza gak ada
di sebelah gue entah hilang kemana, mungkin udah dibawa Satpol PP (gak adil
amat). Reza suka sama Anggi, anak kelas dua A, dan masih satu sekolahan. Satu
minggu yang lalu Reza memberanikan diri untuk menyatakan cintanya kepada Anggi.
Reza punya teknik tersendiri untuk menyatakan cintanya, setelah dia menonton
film Romeo and Juliet. Dia waktu itu mengendap-endap untuk masuk ke kelas
Anggi, yang saat itu Anggi berada di dalam kelas. Kemudian dia berlari mendekati
Anggi. Dengan penuh keyakinan, cintanya bakal diterima Anggi, dia mengeluarkan
bunga mawar yang disembunyikan di balik badannya sambil mengatakan.
“I love You, Anggi. Maukah kamu menjadi pacarku? Kalau
kamu mau ambilah bunga mawar ini”
Anggi terperangah lalu bilang “Anak masih bau kencur
nggak pantes pacaran ma kakak kelas! Bersihin dulu iler lo tuch!”
Seketika Reza gondok. Dia
nembak cewek pertama kali langsung dikatain bau kencur, dan belum pantes ma
kakak kelas. Menurut gue ada yang salah dari perkataan Anggi. Karena gue temen
deketnya Reza, gue tahu betul tentang Reza. Reza itu bukan bau kencur, tapi
baunya lebih mirip seperti cuka, KECUT dan ASEM. Itu yang gue takutin untuk
menyatakan cinta kepada Dewi, walaupun dia bukan anak kelas dua.
Gue berada di dalam kamar Reza. Kamar Reza dipenuhi
dengan gambar band-band top mancanegara dan Indonesia. Gue kaget sewaktu lihat
di dinding kamar Reza di sebelah pojokan ada gambar Inul Daratista, gue baru
sadar ternyata Reza adalah makhluk yang paling labil yang pernah gue temui.
Kita berdua sedang memikirkan bagaimana cara dekatin Dewi.
“Gimana kalau lo kasih bunga setiap pagi di mejanya.
Kemudian di atasnya lo taruh kertas yang berisi puisi cinta lo.”
“Good Idea, tapi siapa yang mengantarkan ke meja Dewi?”
“Lo dongo banget sih, lo kan bisa sendiri. Lo ke kelasnya
sebelum Dewi berangkat sekolah. Gue entar bantu mengawasi lo.”
“Eee.. baiklah entar gue usahain.” Jawab gue sambil
menaruh kedua tangan di belakang kepala.
Esok paginya, gue sengaja datang lebih awal untuk
menyelidiki kapan Dewi sampai di sekolah. Benar saja, Dewi berangkat sampai di
sekolah pukul 06.45. gue sudah dapet informasi tentang Dewi lewat
teman-temannya, dan gue catat di note book gue. Dan secara tiga hari
berturut-turut gue ngasih bunga mawar dan kertas yang berisi puisi cinta gue di
meja Dewi.
Pelajaran pertama adalah biologi. Waktu ada tugas dari
Guru untuk melakukan observasi hewan-hewan yang ada di taman sekolah. Gue
langsung memilih taman yang berada di depan kelas Dewi. Sembari melakukan
Observasi, gue curi-curi pandang ke arah Dewi yang kebetulan pintu kelasnya
terbuka. Ketika Dewi ngelihat gue, gue pura-pura buang muka.
Petang Hari......
Gue sama Reza berada dalam
kamarnya. Gue sudah menjalankan semua nasihat yang telah diberikan Reza kepada
gue. Hari pertama sampai hari ketiga gue kirim bunga mawar merah dan selembar
kertas yang berisi puisi cinta. Dan gue gak tahu surat dan bunganya disimpan
Dewi ataukah dibuang seperti buang anak kucing ke tempat sampah.
“Za, gue dah melakukan saran lo sampe tiga kali.
Selanjutnya apa lagi yang harus gue lakukan” tanya gue di depan mukanya.
“Sekarang lo saatnya nyatain perasaan lo ke Dewi. Besok,
Lo tembak Dewi waktu istirahat pertama.” Mukanya tiba-tiba terlihat gahar.
“Ok..aaa....Ok” gue jawab dengan gaya lagunya T2. Setelah
gue ngelihat T2 perform di teve, sembari ngelihat rock pendeknya Tika dan Tiwi
kali aja kelihatan seperti liriknya lagu Jamrud, ‘Isi dalam Rokmu’.
Gue sudah melakukan semua yang disarankan oleh Reza
walaupun gue pesimis, karena Reza sendiri ditolak sama Anggi. Gue pun
memutuskan untuk pulang. Menghindari omongan negatif tetangga tentang gue dan
Reza.
Esok harinya, pas istirahat
pertama, gue stand by di depan kelas satu A, jalan satu-satunya ke arah kantin.
Gue di situ mondar-mandir menunggu Dewi jajan tempe goreng di kantin. Gue
berharap juga jika nanti berprapasan dan ngomong dengan Dewi, rasa nervous,
grogi, dan herpes gue hilang.
“Hhhhhfff, Dewi datang. Gue harus siap-siap nih.” Gue
berbicara sendiri seperti orang idiot.
Dewi datang dari arah ujung. Seperti biasanya rambut
panjangnya terurai oleh angin. Untung muka Dewi cantik, coba kalau jelek pasti
mirip Mak Lampir yang sedang bernafsu untuk menghajar Sembara. Jarak gue dan
Dewi sekarang menjadi tiga langkah. Kalau lima langkah entar Uut Permatasari
datang ke hadapan gue sambil goyang ngecor. Gue langsung mencegat Dewi dan
mengatakan sesuatu kepada Dewi.
“Dewi, kemarin lo udah terima bunga dan puisi dari gue
belum?” tanya gue dengan kebelet pipis karena saking groginya.
“Oh ternyata yang naruh di meja gue itu elu ya.” Jawab
Dewi sambil senyum-senyum sendiri. “Ya kemarin gue terima puisi lo bagus juga.”
‘Dewi tersenyum, apakah itu tandanya...... ah gue tembak
aja sekarang.’ dalam hati gue.
“Ok. Wie. Sekarang gue mau ngomong sesuatu sama lo.
Sebentar aja.”
“Ya udah buruan gue mau ke kantin nih.”
“ Gueee....”
“gugg... gguu gu..gu..gu e “ kata gue kayak anjing
menggogong minta tulang ke majikannya.
“Ah, lama banget sih. Cepetan gue mau ke kantin nih.”
Potong Dewi.
“GUE SUKA MA LOE!!” teriak gue sambil memejamkan mata
untuk memperlancar intonasi suara.
“HAHAHAHA....”
“Kok loe ketawa Wie? Itu tandanya loe juga suka sama gue
ya?” Tanya gue dan berharap itu benar.
“HAHA.... ok.. ok. Gini sekarang lo pergi ke kelas lo dan
teriak kalau lu suka sama gue di depan teman-teman lo. Dan pantes gak lo jadi
pacar gue” Jelas Dewi sambil senyum-senyum sendiri. “Gue mau pegi ke kantin!”
Gue nuruti perintah Dewi.
Akhirnya gue teriak di depan teman-teman kelas gue. Mereka semua tertawa
terbahak-bahak seperti habis nonton Opera van Java. Dan gue lebih mirip Sule
yang hidungnya mancung ke dalam. Tiba-tiba Reza teriak.
“Hoyyyy, Indra resleting celana lu!!”
Sial ternyata resleting celana
gue belum gue tutup. Dan pantesan Dewi dari waktu gue cegat cuma senyum geli.
Dan Inilah kisah cinta SMP (Senandung Masa Piler) gue. Cinta dikandaskan oleh
resleting celana yang kebuka. Dan terlihat sehelai kain berwarna putih yang
menutupi titit gue, itu adalah CD gue.
Akhirnya kejadian ini gue bilangin ke nyokap. Tapi nyokap
gue balik bilangin gue.
“Itu cinta MONYET dik.”
Cinta Monyet? Siapa yang
monyet? Gue apa Dewi? Walaupun sekarang rambut pantat gue udah tubuh dan
menjalar ke mana-mana, tetep aja gue gak bisa disamakan dengan monyet.
Cinta di waktu kecil sangat
menyenangkan. Hanya butuh mental dan sikap cool bisa menggaet cewek. Tapi
sekarang butuh materi dan tampang model seperti Roy Suryo,,, upsss Roy Marteen.
PROFIL PENULIS
Nama : Indra Saputro
Umur : 21 Tahun
Hobi : Futsal
0 komentar:
Post a Comment