GOMBAL VS GALAU
Cerpen Karya Intan
Amalia Hartini
“Bunda, Melia berangkat dulu ya” (beranjak
dari teras langsung berjalan mencari Bunda untuk pamit dan mencium tangannya)
ribet nggak dibayangin? Intinya begitulah.
“Iya, sering-sering berangkat
pagi Mel” kata Bunda sambil melihatku menuju motor.
“Jamnya tadi mati Bun, Melia kira
udah telat” jawabku sambil menoleh kepada Bunda
“ohh…jangan dibelikan baterai ya
Mel! Biar kamu berangkat pagi terus” kata Bunda sambil tersenyum. “yahh….itu
sih efek 2M bun” Jawabku sambil nyengir. “apa lagi tuh kepanjangannya Mel?”
Tanya Bunda penasaran. “makan dan mandinya Melia ‘kan lemot, Bun” Jawabku
polos. “hahaha…..kamu sadar sendiri,
ya sudah berangkat sana” jawab Bunda
dengan ketawa kecilnya. “Siap Bunda!” Jawabku.
***
Setelah sampai disekolah, suasana yang sangat jarang aku
temui. Para siswa masih bisa dihitung dengan jari telunjukku alias belum ramai.
Selama perjalanan ke kelas, aku asyik mendengarkan lagu Bondan Prakoso disusul
Jamrud pada I-podku. Semakin dekat dengan kelas, dari celah jendela terlihat
Vita teman sekelasku sedang sibuk piket kelas hari ini.
“Selamat pagi, Vita” Sapaku dengan senyum merekah. “Tumben
berangkat jam segini, Mel” Kata Vita sambil nyengir. “Yahhh…..jawab sapaku dulu
kek” kataku dengan nada kesal. “Uppss….Sorry! Good Morning Melia” jawab Vita
dengan gaya Britishnya. “haduuhh…..Vita, Vita….turun pamor kalau kamu ngomong
English. Bedo’ Jawamu itu lohh masih kental banget. Whuahahaha” Ledekku pada
Vita. “yahh…terserah kamu saja Mel.” Jawab Vita dengan nada kesal.
Jam terus berputar!
uppss…..maksudku waktu terus berputar. Semakin lama, semakin banyak kaki yang
berjalan menuju kelas masing-masing untuk menimba ilmu (bukan menimba air ya!
Itu beda lagi). Sementara aku sangat menikmati pemandangan disekitar sekolah yang
penuh penghijauan sambil duduk di depan kelas dan sibuk mengutak-atik I-podku.
Yo’ Ku jelang matahari dengan
segelas teh panas
Di pagi ini ku bebas, karena gak
ada kelas
Di ruang mata ini, kamar ini
serasa luas
Letih dan lelah juga,
lamba-lambat terkuras
Teh sudah habis, kerongkonganku
pun puas
Mulai kutulis semua kehidupan di
kertas
Hari-hari yang keras, kisah
cinta yang pedas
Perasaan yang was-was dan
gerakku yang terbatas
Reff: Tinggalkanlah gengsi,
hidup berawal dari mimpi
Gantungkan yang tinggi, agar
semua terjadi
Rasakan semua, peduli ‘tuk ironi
tragedy
Senang bahagia, hingga kelak kau
mati
Aku ikut bernyanyi setiap lagu
pop asli Indonesia yang kudengar dari I-podku. Tiba-tiba kudengar suara:
Tuttt….Tuuttt…..Tuuttt….(bukan suara kentut, tapi bel masuk sudah berbunyi).
Aku segera bergegas ke kelas, sebelum pelajaran dimulai. Kami sarapan rohani
terlebih dahulu atau membaca do’a agar Tuhan juga membantu perkembangan Ilmu
kami.
Yap…..15 menit berlalu. It’s time
to study. Pelajaran pertama kebetulan gurunya sedang ada pelatihan diluar kota,
jadi kelasku mendapat pesan untuk mengerjakan latihan soal yang ada di buku
paket masing-masing. Di tengah mengerjakan soal, aku baru sadar ada temanku
yang sedang asyik diam, melamun, dan melototin buku paketnya doang. Namanya
Raisha, biasanya dia selalu meramaikan kelas dengan kejailannya bersamaku.
Tapi, sayang sekali hari ini dia hanya diam. Aku berharap dia bukan sakit gigi,
biasanya kalau sakit gigi ‘kan jarang bicara.
Hampir 1 jam berlalu, kelas ku
sangat-sangat sunyi, sepi, dan hening layaknya kuburan. Akhirnya kursi paling
belakang ada yang nyeletuk nyanyi lagu-lagu pop (bukan kursinya yang nyanyi ya,
tapi temanku yang duduk di kursi paling belakang) dan teman-teman termasuk aku
juga ikut bernyanyi untuk memecah suasana serius kami karena soal-soal
tersebut. Tetapi, Raisha masih saja terdiam tanpa respon sedikitpun. Kemudian,
Vita teman sebangkunya mencoba bertanya keadaannya, tetapi Raisha tetap ‘tak
menggubris. “sepertinya Raisha sedang galau” tebakku dalam hati
Karena penyakit penasaran plus
jailku lagi kambuh, aku coba memberanikan diri untuk jailin dia. Tapi jailnya
bukan ikat tali sepatunya atau mainin penghapus whiteboard yang biasa akku
tempelin di tangan teman-teman. Kalau itu yang aku lakuin, maka niat aku untuk
menghibur malah salah jalur nanti. Hari ini jailku beda, spesial untuk Raisha
partner Jail dikelasku. Cukup lama aku mikir, nggak tau kenapa langsung dapat
wangsit buat ngegombal aja. Siapa tau ampuh buat memberantas kegalauannya.
Akhirnya aku tutup buku, dan beranjak untuk menghampiri Raisha dan duduk
disampingnya. Kebetulan Vita lagi nabung di toilet (Gubrak).
“Ehemm..Ehemm..Sha, buku siapa
ini? Keren sampulnya” kataku memulai pembicaraan. “Milikku, Mel” Jawab Raisha
singkat tanpa menoleh sedikit pun. “Wahh…indah ya, seindah parasmu” kataku
sambil nyengir. Tiba-tiba Vita langsung menghampiriku dan berkata “Emangnya
wajah Vita mirip sampul ya?”. “Iya, sampul hatiku. Udah selesai kamu nabung?”
tanyaku. “udah..lega rasanya! Hehe” jawab Vita. “selega hatiku jika melihat
Raisha tersenyum merekah kembali ‘bak mawar merah” kataku menggombal lagi.
“wahh….parah nih, cewek digombalin juga sama Melia” kata Vita dengan wajah
curiga. Tiba-tiba Raisha menoleh dan langsung memegang dahiku dengan punggung tangannya.
“suhu tubuhmu nggak panas, whuahahaha…Mel, Mel kebanyakan nonton Fesbukers kamu
ya? Gombalan kamu buat perutku nggak bisa nahan ketawa” kata Raisha sambil
memegang perutnya. “gitu dong ketawa! Kenapa sih kamu tadi diam aja?” tanyaku
penasaran. “ohhh…..galau gara-gara Revan cowokku” jawab Raisha dengan
santainya.
Setengah jam Aku dan Vita
sempatkan waktu mendengarkan curhatan Raisha. Ternyata galau karena
diselingkuhin. Hmmmm…..zaman sekarang pacar nggak cukup satu. Jadi, Aku sih
nggak mau repot mikirin soal playboy atau playgirl. Karena karma itu masih
berlaku, bisa dibilang hukum sebab-akibat kata guru fisika. Karena setelah
putus dari Raisha, si Revan malah diselingkuhin sama pacar pertamanya dan dia
juga harus pindah sekolah karena orang tuanya terancam bangkrut. Apes banget
hidupnya. Tapi dari kegalauan yang dirasakan Raisha, aku bisa tau kalau hadiah
atau kata-kata motivasi memang bisa melawan galau. Tapi yang lebih ringan tanpa
ngerepotin diri sendiri itu adalah “ngegombal”. Ada kesan tersendiri digombalin
begitu.
***
Keesokan harinya Raisha malah
gantian ngegombalin aku dan dia enjoy setelah mutusin Revan.
“Mel, kamu tau nggak perbedaan
kamu sama matematika?” Tanya Raisha padaku sambil menjambret I-podku untuk
mengecilkan volumenya. “nggak tau, emangnya apa?” tanyaku penasaran. “kalau
matematika semakin dipelajari semakin buat aku pusing, tapi kalau pelajarin
kehidupan kamu semakin buat aku nambah cinta” jawab Raisha dengan ekspresi
serius. “whuahahaha…..ueekkk nggak mempan gombalannya mbak’e” ledekku.
“dasaar…coba balas gombalanku” tantang Raisha kepadaku. “Okay, aku mikir dulu.
Nahhh…ada nih! Dengerin baik-baik ya. “kataku dengan serius. “ya aku dengerin,
emangnya apa?” Tanya Raisha. “Kamu tau nggak persamaan kamu sama I-podku?”
Tanyaku. “emangnya apa persamaannya?” Tanya Raisha penasaran. “I-podku ini
sudah lama aku bawa kemana-mana dan aku nggak bisa hidup tanpa dengerin musik,
sama seperti kamu yang selalu aku pikirin kemanapun aku pergi karena kamu itu
hidupku”. Jawabku dengan nada puitisasi. “wahh…kereenn…kereenn…kamu menang deh,
Mel.” Kata Raisha sambil bertepuk tangan. Tiba-tiba Vita yang baru datang langsung
bernyanyi untuk Raisha. “Sha, ini lagu buat kamu”
Hidupku sangat
sempurna
menikmati hidup yang
aku punya
berteman dengan siapa
saja
I’m single and very
happy
THE END
PROFIL PENULIS
Nama : Intan Amalia Hartini
Kelas : XII IPA 2
Sekolah : MAN Patas, Buleleng, Bali
No. Urut : 288
Tanggal Kirim : 06/12/2013 13:18:48
0 komentar:
Post a Comment