Jam alarm ku berbunyi
tepat pukul 05.30, aku segera bangun lalu sholat subuh. Karena ini hari aku
sekolah aku bergegas sarapan, mandi lalu segera berpamitan kepada ayah dan
ibuku. Saat menuju ke sekolah, aku melihat ada poster perlombaan menyanyi.
“Sepertinya perlombaan ini
sangat menarik dan mungkin aku bisa membantu ayah dan ibu mencari uang, karena
hadiahnya juga lumayan besar”, kataku dalam hati. Setelah itu aku menuju ke
sekolah.
Aku bertemu temanku saat
di depan gerbang sekolah.
“Hay adi, tahu gak tadi
aku lihat poster perlombaan menyanyi loh. aku mau kamu membantuku untuk latihan
perlombaan, kamu mau gak?” kataku sambil memegang bahu adi.
“Mau saja, tapi untuk apa
kamu ikut lomba menyanyi?”.
“Begini, aku mau membantu
ayah dan ibu mencari uang karena akhir-akhir ini kondisi keuangan keluargaku
sedikit berkurang, jadi aku mau membantu ayah dan ibu.”
“Wah, kamu memang anak
yang baik ya, oke nanti sehabis sekolah kita latihan” kata adi sambil
menunjukan jari jempolnya.
Kami pun menuju ke kelas
pelajaran pertama yaitu pelajaran bahasa indonesia tentang puisi. Aku mendengar
dan memperhatikan semua yang ibu guru terangkan supaya aku dapat lebih mengerti
apa yang diajarkan ibu guru, setelah itu ibu guru menyuruh kami untuk membuat
puisi dan membacakannya.
“Siapa yang mau maju ke
depan kelas dan membacakan puisinya, nanti akan ibu beri nilai 90 tapi dengan
ekspresi”.
Suasana kelas menjadi
hening, karena tidak ada yang mau maju dan membacakan puisinya akhirnya aku pun
maju. Aku pun membaca puisi dengan judul matahari
Matahari, kau lah yang
pertama yang kulihat di pagi hari
Kau menerangi bumi dan
alam seisinya
…
Aku membaca puisi dengan
ekspresi yang tenang dan baik.
Bait puisi yang kubaca
akhirnya selesai juga. Ibu guru memberi ku nilai, lalu mempersilakan aku duduk.
Jam menunjukan pukul 13.00, Bel pulang sekolah berbunyi aku pulang sekolah
bersama adi menaiki sepeda, tapi sebelum pulang aku dipanggil oleh ibu guru.
“Ini bener alwan kan,
siswa kelas 9F yang ibu suruh membuat puisi, benar”.
“Iya ibu, memangnya ada
apa?.”
“begini nak ibu ingin kamu
ikut lomba menyanyi untuk mewakili sekolah kita, karena suara kamu yang bagus
itu walaupun kamu laki-laki ibu suka dengan suaramu”. kata ibu guru
“masa sih haha, baiklah bu
jadi kapan kita latihan menyanyi bu?” sambil tertawa kecil
“Mungkin nanti sore jam
15.40, oke”.
“Oke, bu tapi, bolehkah
aku mengajak adi juga.”
“Tentu saja boleh supaya
kamu bisa lebih semangat latihan”.
Akhirnya aku pun pulang
dengan hati gembira, aku memberi tahu kabar baik ini kepada ayah dan ibu. Setelah
selesai makan dan istirahat aku pun langsung ke rumah ibu guru, betapa
terkejutnya aku bahwa yang kulihat adalah kumpulan piala di dekat ruang
keluarga
“Gimana menurut kamu
alwan, banyak pialanya, kan”. kata ibu guru sambil menghidangkan minuman dan
makanan kecil untukku
“Iya bu, tapi ini piala
apa ya?”
“Ini piala lomba nyanyi,
ada yang antar daerah, kota dan masih banyak lagi”.
“Wah, ibu hebat sekali,
tapi apa aku bisa seperti ibu mempunyai banyak piala?”
“Ya tentu bisa kamu hanya
perlu latihan, berdoa dan berusaha mungkin kamu bisa seperti ibu”. kata bu guru
sambil tersenyum
“Baiklah, bu guru”. kataku
sambil membalas senyum ibu guru. Kami pun memulai latihan bernyanyi dari
latihan pernafasan yang tepat dan ekspresi bernyanyi agar lebih menjiwai lagi.
Setelah pukul 17.30 aku
dan adi berpamitan kepada ibu guru dan mengucapkan terimakasih, saat aku dan
adi dalam perjalanan kami melihat mobil berhenti di depan kami. Keluar 2 orang
anak dari mobil itu
“Kamu Alwan, kan anak Smp
Tunas Bangsa itu”.
“Benar, memang ada urusan
apa?” kataku dengan penasaran
“Kami cuma ingin bilang
sebaiknya kamu menyerah saja dari perlombaan menyanyi itu jika tidak akan tahu
akibatnya” kata seorang anak itu
“Sembarangan, memang kamu
siapa menyuruh-nyuruh orang untuk menyerah”. kata adi dengan sedikit membentak.
Lalu kedua anak itu menuju ke mobil dan pergi
“Sudah lah adi biarkan
mereka bicara apa adanya, kita harus membuktikan kepada mereka bahwa mereka itu
salah.” kataku sambil menenangkan adi.
Kami pun pulang ke rumah
masing-masing dan istirahat, aku pun sampai di rumah ternyata ada kabar ibuku
sedang sakit tifus dan harus dibawa ke rumah sakit. Mendengar kabar itu aku dan
ayah langsung menuju rumah sakit. saat di rumah sakit aku melihat ibu dengan
muka pucat
“Ibu tidak apa-apa, kan?”.
kataku sambil memegang tangan ibu
“Ibu tidak apa-apa nak,
ibu hanya sedikit lelah dan butuh istirahat saja sebaiknya kamu pulang kan
besok kamu mau lomba nyanyi”.
“Baiklah bu, doakan biar
alwan menang ya”. kataku sambil tersenyum
“Tentu saja, nak”. kata
ibu sambil membalas senyum ku.
Keesokan harinya aku
menuju tempat perlombaan, disana banyak peserta dengan suara yang indah dan
bagus
“Ingat Alwan kamu cuma
perlu tenang dan jangan gugup ketika di atas panggung”. kata bu guru dengan
sedikit membisik
“Baik, bu aku akan
memberikan yang terbaik”. sahutku sambil tersenyum. Satu demi satu orang ada
yang lolos dan ada yang tidak lolos, saat giliranku tampil hatiku deg deg-an
aku takut kalau nanti penampilan ku tidak bagus dan dicemooh tapi apa yang
terjadi ternyata aku lolos dan masuk ke final
“Ibu guru, adi aku lolos
dan masuk final nih”. kataku sambil berlari
“Wah hebat kamu Alwan”.
puji adi
“Hebat tapi kali ini kamu
harus memberikan yang terbaik dan tidak perlu gugup, oke”.
“Oke ibu guru”.
Aku pun menuju ruang
tunggu tapi ada keanehan yang terjadi, aku melihat anak yang menyuruhku
menyerah kemari dan ternyata dia adalah perwakilan dari Smp negeri 2 yang
terkenal dengan suaranya dan penampilannya yang bagus. Semangat aku pun sedikit
pudar karena sainganku kali ini lebih berat, aku hanya bisa berdoa dan memohon
kepada Tuhan untuk memberiku kemudahan.
Sebelum tampil aku ingat
kata-kata ibu dulu saat aku mengikuti lomba puisi yaitu “Untuk menjadi yang
terbaik tidak perlu dengan piala atau dengan penghargaan tetapi dengan kerja
keras dan usaha”. Mengingat nasihat ibu semangat ku kembali tinggi dan aku pun
menuju panggung, aku bernyanyi dengan merdu, tenang dan tidak gugup.
Setelah selesai tampil ada
ibu guru dan adi melihat penampilan ku
“Bagaimana Alwan apakah
kamu yakin akan menang”. kata ibu guru
“Itu tergantung, aku hanya
perlu berdoa saja dan melihat hasil dari kerja keras ku itu”. kataku sambil
tersenyum.
Ketika juri mengumumkan
para pemenang aku merasa takut
“Baiklah juara ketiga
adalah perwakilan dari Smp budi dharma yaitu Dimas Adi laksa, dan juara kedua
adalah perwakilan dari smp negri 2 yaitu airlangga saputra dan ini dia yang
kita tunggu saudara-saudara juara pertama yaitu adalah…”. ketika itu hatiku
merasa gugup dan takut jika nanti aku bukan juara mungkin aku akan mengecewakan
ayah dan ibu
“Juara pertama yaitu
perwakilan dari smp tunas bangsa Muhammad Alwan trisatya.” mendengar namaku aku
kaget dan senang sekali bahwa juara pertama adalah aku, akhirnya aku menuju
panggung untuk mengambil piala dan hadiah uang tunai sebesar 3 juta rupiah. Aku
pun pulang dengan hati gembira dan memberi tahu kabar baik ini kepada ayah dan
ibu, dan sejak saat itu aku pun menjadi penyanyi cilik yang berbakat.
TAMAT
Cerpen Karangan: Muhammad
Khalif
Facebook: Muhammad Khalif
0 komentar:
Post a Comment