Wednesday, 10 December 2014

Bakso atau Rinso



Andi sedang bermain bola bersama teman-temannya di taman dekat tempat tinggalnya saat Ibunya memanggil.
“Andi, kemari nak. Ibu perlu bantuan kamu ni..” teriak Ibunya dari teras rumahnya yang tak jauh dari taman.
“Bentar ah Bu.. Nanggung ni mainnya..” sahut Andi sambil melempar bola yang digenggamnya, karena ia bertugas sebagai penjaga gawang.
“Nanggung-nanggung? Gigimu nanggung. Yakin ni nggak mau. Ntar nggak Ibu bikinin puding baru tau rasa..”
“Iya deh, iya. Andi bantuin.” potong Andi sebelum Ibunya selesai berbicara, kerena ia sangat suka dengan puding buatan Ibunya.

Andi pun memilih berhenti bermain bola dan bergegas menemui Ibunya yang membutuhkan bantuan dirinya.
“kenapa Bu..?” ucap Andi begitu sampai di teras rumahnya.
“Ibu mau nyuci, tapi deterjen Ibu habis. Kamu belikan rinso gih di warung Mak Inong. Ini uangnya 10 ribu, jangan lupa kembaliannya. Ntar kamu jajanin lagi kayak kemarin. Kalau kembaliannya berkurang, Ibu kurangin juga jatah puding kamu.” Jelas Ibunya panjang lebar.
Andi yang baru bersekolah di tingkat SD kelas tiga tersebut hanya menjawabnya dengan kata “iya” yang disertai dengan anggukan lugunya dengan ekspresi wajah cemberutnya. Ia berjalan pelan meninggalkan Ibunya di teras rumah.


Di tengah perjalanan yang lumayan sepi, ia melihat seorang pengendara sepeda motor yang melaju dengan kecepatan tinggi dan tiba-tiba “Brraaakkk…” pengendara tersebut menabrak seorang Ibu-Ibu paruh baya yang sepertinya sehabis berbelanja di Pasar Sore. Barang-barang belanjaannya berserakan di jalanan, sementara pengendara yang menabrak Ibu tersebut melarikan diri dengan sepeda motor miliknya. Andi yang berada di dekat tempat kejadian dan melihatnya secara langsung menjadi shock. Pasalnya hanya dia seorang yang berada di tempat itu, tempat yang terbilang cukup sepi. Meskipun sedikit ragu dan gemetaran, anak yang baru berusia 9 tahun tersebut memberanikan dirinya untuk mendekati si korban. Ia pun berteriak keras meminta tolong “Tolong… tolong… tolong.. Ada yang kecelakaan…” Warga yang mendengar teriakan Andi bergegas mencari dan mendekati sumber suara.

Ketika banyak warga yang datang, bukannya membuat segalanya menjadi lebih mudah, justru memperburuk kecemasan Andi karena warga yang datang tidak bergegas menolong korban melainkan mananyakan kronolis kejadiannya kepada Andi. Ia hanya terdiam terpaku, tanpa sepatah kata pun muncul dari bibir kecilnya. Beberapa di antara warga yang menyadari akan keadaan Andi segera membawa korban ke klinik terdekat.

Lambat laun, warga yang berada di sekitar kejadian segera membubarkan diri. “huufftt.. Akhirnya lega juga.” batinnya. Awan hitam di angkasa yang dihiasi petir yang menggelegar menyadarkan Andi bahwa ia sedang disuruh oleh Ibunya membeli sesuatu di warung Mak Inong. Ia pun berlari menuju warung Mak Inong. Sementara itu, Ibunya yang berada di rumah mulai mencemaskan anak bungsunya yang sedari tadi tak kunjung kembali ke rumahnya mengingat langit yang semakin gelap perlahan meneteskan rintikan hujan.

Sesampainya di warung Mak Inong, Andi berpikir sejenak, mengingat-ingat apa yang disuruh Ibunya beli. “Owh.. Ibu tadi menyuruhku membeli rinso” pikirnya. Ia pun memesan rinso pada Mak Inong “Mak, rinsonya 1 bungkus ya.” Mak Inong pun segera mengambilkan rinso untuknya. Disaat yang bersamaan, Andi melihat keadaan di luar warung yang telah hujan.
“Heh?!” Ia seolah tersadar dari keadaan “hari lagi hujan. Buat apa rinso? Masa’ iya Ibu mau nyuci? Bakso kali.. kan enak kalau makan bakso dingin-dingin gini. Eh, tapi tadi kayaknya Ibu nyuruh aku beli rinso lah. Aduh, gimana ni, bakso atau rinso…” bisiknya dalam hati.
“Ndi, ini rinsonya.” ucap Mak Inong sembari memberikan rinsonya.
“Aduh, Mak. Nggak jadi deh, beli baksonya aja 1 bungkus. Di bungkus ya Mak…” jawab Andi mengembalikan rinsonya.
“Kamu ini gimana sih, tadi katanya rinso sekarang bilang bakso.” jawab Mak Inong sedikit jengkel karena merasa dipermainkan oleh Andi.
“Hehe.. Salah Mak..” jawabnya mesam-mesem. Andi pun memberikan uang 10 ribu yang diberikan Ibunya tadi dan Mak Inong segera membungkuskannya untuk Andi. Kemudian uang kembali 5 ribu.

Setelah menerima bakso dan kembalian uang dari Mak Inong, Andi bergegas pulang ke rumahnya karena ia yakin Ibunya pasti mencemaskannya. Sesampainya di rumah, Ibunya berkata, “Kamu ini, kok lama sekali. Dari tadi Ibu tungguin juga. Ya sudah, mana rinsonya?”
“Hah?” jawab Andi dengan terpelongok, ekspresi wajah yang membuat orang terkekeh melihatnya. Gemetaran ia memberikan kantong plastik hitam yang ada digenggamannya.
“Andi… Ibu menyuruh kamu membeli rinso, bukan bakso…” geram Ibunya sembari menjewer kuping anaknya.
“Aduh-aduuhhh, ampun Bu.. Andi nggak ingat. Soalnya kan hujan. Jadi Andi pikir Ibu menyuruh beli bakso” Jawab Andi tertunduk merasa bersalah.
“Ya sudah, kamu ambil mangkuk sana di belakang. Kita makan bakso sama-sama.”

Andi pun berjalan pelan menuju dapur rumahnya untuk mengambil mangkuk. Ia kembali dengan memberikan mangkuk kepada Ibunya dan kemudian Ibunya menuangkan bakso ke dalam mangkuk tersebut.
Ibu: Enak juga Ndi baksonya..
Andi: ……

TAMAT

Cerpen Karangan: Suryadi Al-Ghany
Blog: http://siemusfir.blogspot.com/
Suryadi Al-Ghany merupakan nama pena dari seorang mahasiswa jurusan Hukum Bisnis Syari’ah (MUAMALAH) di lingkungan IAIN SU.

0 komentar:

Post a Comment